katalog elektronik rumah tangga  fashion  handphone and tablet  jam tangan dan perhiasan  kamera  kesehatan dan kecantikan  komputer dan laptop  mainan dan bayi  olahraga dan outdoor  otomotif dan hobi  elektronik peralatan rumah tangga  tas dan koper

Monday, December 19, 2011

8 Tanaman Rumah

Fungsi tanaman bukan sekedar memenuhi unsur keindahan. Lebih dari itu, tanaman juga bermanfaat untuk kebersihan lingkungan.
Penerapannya juga tak sulit, karena tidak harus memenuhi syarat lahan yang sangat luas. Dalam media pot untuk lahan mungil, fungsi ini pun bisa terpenuhi. Nah, bila Anda masih kebingungan menanam jenis tanaman yang tepat di sekitar rumah, berikut ini referensi delapan jenis tanaman untuk Anda dilihat dari sisi manfaatnya:
Penyerap polutan
Untuk tanaman yang Anda butuhkan untuk menyerap polutan, Anda bisa menanam Sanseviera, Philodendron, Ivy, Chrysanthemum, Paku Boston, Sinti Belanda, dan Beringin.
Peredam bunyi
Untuk meredam bising, Anda bisa memanfaatkan tanaman peredam bunyi seperti Bambu Jepang atau Dolar (Ficus pumila). Tanaman jenis ini cocok sebagai penghias pagar atau di halaman dan teras.


http://edratna.wordpress.com

Pewangi
Tanaman pewangi bisa Anda dapatkan dari Kaca Piring, Sedap Malam, Kua Hua (Osmanthus fragrans), dan Cestrum.
Rempah
Untuk tanaman rempah, Anda bisa menanam kunyit, kencur, lengkuas, kayu manis, atau lada.
Peneduh
Sebagai fungsi utama, tanaman peneduh Anda bisa dapatkan dari pohon Kersen, Buni, Janda Merana, atau Trembesi. Selain kokoh menjaga tanah, tanaman ini menjadi penyejuk dari panasnya matahari dan cuaca.
Pengusir serangga
Untuk mengusir serangga, Anda bisa menanam Sereh, Lavender, Ketimun, Geranium, atau Chrysantemum.
Tanaman hias
Sebagai hiasan, Anda bisa menanam beberapa pohon populer seperti Kaktus, Sirih Belanda, Aglonema, Mawar, dan Sedap Malam.
Kebun sayur
Jenis ini lebih bermanfaat lagi. Selain lebih asri, Anda pun bisa memanfaatkan tanaman ini untuk dikonsumsi langsung untuk kebutuhan sehari-hari seperti sawi, cabe, brokoli, kangkung, bayam, atau tomat.

Sunday, December 18, 2011

Tirai Jendela

Jendela menjadi salah satu bagian menarik untuk membuat rumah selalu tampil cantik. Dengan penutup jendela, maka akan ada "jaminan" privasi bagi area di dalam rumah.

Dulu, penutup jendela masih sederhana dengan alakadarnya ditutupi kain. Semakin modern, kain bergeser menjadi gorden dengan corak dan tampilan aneka rupa.

Memang, saat ini semakin banyak pilihan penutup jendela lebih modern, seperti horizontal blind, Roller blind, Roman blind, dan Vertical blind.


Tirai Penutup horizontal

Horizontal blind
Tirai horisontal ini merupakan penutup jendela yang kini sangat populer. Biasanya, jenis ini ideal dipakai untuk jendela berbentuk kurus dan tinggi.

Terbuat dari potongan material, bentuknya tipis menyerupai sirip yang disusun berjajar secara horisontal. Materialnya bisa dari kayu, alumunium, atau kain.

Setiap potongannya dihubungkan dengan tali pengatur yang terhubung dengan housing atau rumah dari blind tersebut. Bukaan siripnya juga bisa disesuaikan untuk mengatur banyaknya sinar matahari, sekaligus juga mengarahkan cahaya alami itu ke dalam ruangan.

Roller blind
Roller blind atau tirai gulung adalah salah satu jenis tirai yang mudah pemakaiannya. Tirai ini umumnya berbentuk lembaran yang dilengkapi sebuah alat penggulung pada bagian atasnya.
Penggulung bisa menempel di dinding bagian atas atau di langit-langit. Alat penggulung umumnya memiliki sebuah pipa di bagian dalamnya, yang berfungsi untuk menggulung tirai agar tampak rapi saat digunakan.


Roman blind
Roman blind atau tirai lipat banyak digemari di rumah-rumah bergaya modern karena umumnya memiliki jendela kurus dan panjang. Jendela dengan tirai ini mensyaratkan tidak lebih lebar dari 1,25 meter. Lebih dari ukuran tersebut, tirai lipat akan cenderung melengkung dan berkerut.

Tirai lipat juga banyak diterapkan untuk rumah mungil, terutama untuk memperoleh tatanan interior yang harmonis dan indah dari rumah berukuran terbatas. Meski berukuran kecil, tirai lipat banyak pilihan warna, corak, serta bahan materialnya.


Vertical blind
Vertical blind atau tirai vertikal adalah kebalikan dari tirai horisontal. Tirai ini punya ciri khas berbentuk susunan sirip yang menggantung dengan sisi panjang jatuh vertikal ke bawah. Tirai ini dioperasikan dengan cara digeser ke samping. Sistem penggeserannya biasanya menggunakan rantai yang ditarik hingga terbuka dan tertutup. Atau, bisa juga menggunakan tongkat yang tergantung pada rumah tirai di bagian atas.

Saturday, November 26, 2011

Merencanakan Kursi

Membuat desain sebuah furniture tidak hanya dibutuhkan imajinasi dalam hal warna, bentuk dan garis-garis kombinasi yang cantik. Di samping hal tersebut dan merupakan sebuah hal yang sangat penting adalah pengetahuan tentang ukuran standar sebuah furniture.

 Anda bisa saja merencanakan sebuah set almari dapur yang cantik menyesuaikan susunan interior ruang anda, tapi kurang logis jika anda tidak bisa menggunakannya dengan nyaman karena tinggi meja tidak sesuai dengan 'ergonomis' tubuh anda. Atau sebuah kursi makan yang terlalu pendek juga membuat acara makan malam menjadi kurang menyenangkan.
Petunjuk Dasar Me(n)desain KursiStandar ukuran yang diambil desainer adalah berasal dari rata-rata 90% ukuran tubuh populasi manusia. Berikut ini beberapa 'guidelines' bagi anda membuat sebuah desain kursi.
  1. Pengguna harus bisa dengan mudah duduk atau beranjak dari kursi tanpa masalah.
  2. Apabila terdapat armrest/tanganan, ketinggian armrest harus sedemikian rupa sehingga pengguna tidak perlu menaikkan bahunya pada saat meletakkan tangannya pada armrest tersebut
  3. Ketinggian armrest dari LANTAI sebaiknya sesuai dengan ruang bebas di bawah meja, sehingga kursi bisa dimasukkan ke bawah meja ketika tidak dipergunakan.
  4. SEMUA kaki kursi harus menyentuh lantai untuk kestabilan.
  5. Jarak dudukan kursi dari belakang ke depan (kedalaman dudukan) sebaiknya tidak lebih panjang dari jarak bagian belakang lutut ke punggung pengguna. Jika terlalu dalam akan membuat punggung pengguna sakit karena tidak nyaman, namun jika terlalu pendek akan membuat kursi menjadi tidak stabil dan mudah jatuh.
  6. Lebar dudukan bagian depan harus lebih lebar sekitar 5-7 cm untuk ruang kaki.
  7. Untuk kursi santai, DUDUKAN kursi perlu dibuat miring dengan sudut sekitar 5° - 8°, kursi kerja biasanya memiliki sudut lebih lurus.
  8. Begitu pula dengan SANDARAN kursi, sudut kemiringan sekitar 10° hingga 15°.
  9. Ketinggian sandaran kursi yang normal dan ideal adalah 30 - 40 cm (12" - 16"). Untuk mencapai idealisme desain, kursi makan biasanya melebihi standar tersebut namun masih tetap mempertahankan sudut kemiringan sandaran.



Ukuran Standar
Berikut ini standar ukuran kursi untuk kategori dewasa dengan ukuran normal.
1. DudukanLebar: 40 - 50 cm (16"-20")Dalam: 37,5 - 45 cm (15"-18")Tinggi: 40 - 45 cm (16"-18")Kemiringan dari depan ke belakang: 5° - 8°
2. Armrest (Sandaran tangan)Tinggi dari DUDUKAN: 17,5 - 22,5 cm (7"-9")Panjang dari pangkal hingga ujung: minimum 20 cm (8")Lebar: rata-rata 5 cm (2")Kemiringan dari depan: 5 - 7,5 cm (2"-3")
3. SandaranTinggi: 30 - 40 cm (12"-16") dari atas DUDUKANSudut Kemiringan : 0°-5° (formal); 10°-15° (casual)

Courtesy :tentangkayu.com







Finishing Kayu

Proses finishing adalah pekerjaan tahap akhir dari suatu proses pembuatan produk mebel. Pada saat ini proses finishing lebih dikenal sebagai proses aplikasi cat. Hal yang sangat wajar karena saat ini sebagian besar proses finishing dilakukan dan dikerjakan dengan menggunakan cat (coating) sebagai bahan finishing. Sebenarnya furniture finishing mempunyai cakupan yang lebih luas. Ada banyak proses finishing untuk mebel yang dikerjakan dengan menggunakan bahan-bahan selain cat, dan ada banyak proses-proses pekerjaan lain yang bukan merupakan pengecatan tetapi juga merupakan proses finishing. Proses finishing untuk mebel bisa berupa: pengamplasan, pengecatan, pemolesan, penggosokan dan pengerjaan–pengerjaan yang lain yang diperlukan.


Bagaimana proses finishing dikerjakan sangat tergantung pada penampilan akhir dan kualitas finishing yang diinginkan. Beberapa produk mebel menghendaki suatu finishing yang kompleks yang akan membutuhkan pelapisan bahan finishing yang berulang kali dengan bahan-bahan finishing khusus dan bahkan membutuhkan alat-alat khusus untuk aplikasinya. Sedangkan produk-produk mebel yang lain cukup dengan finishing yang “simple”, hanya membutuhkan lapisan bahan finishing yang tipis dan dapat diaplikasikan dengan cara yang sederhana atau bahkan ada produk mebel yang cukup diamplas atau dipolish saja tanpa menggunakan bahan finishing sama sekali.

Finishing merupakan proses yang akan membentuk penampilan dari suatu produk mebel. Finishing dapat membuat suatu mebel menjadi kelihatan bersih, halus, rata seperti barang yang baru, finishing dapat juga membuat suatu mebel kelihatan kotor, antik, kuno seperti barang yang sudah berusia ratusan tahun, finishing dapat membuat permukaan mebel menjadi rata atau permukaan mebel menjadi tidak rata, bertekstur, dan retak-retak, finishing dapat dibuat dengan lapisan film yang tipis sekali atau lapisan film yang tebal sekali. Jadi finishing mempunyai variasi yang sangat banyak, dari yang paling sederhana dengan alat-alat dan bahan-bahan yang sederhana sampai dengan yang paling kompleks yang membutuhkaan alat-alat dan bahan-bahan finishing yang khusus. Demikian juga dengan bahan-bahan finishing terdiri dari banyak jenis dan macamnya mulai dari yang bahan-bahan yang murah sampai bahan-bahan yang mahal yang membutuhkan alat-alat khusus untuk aplikasinya.


Wood finishing
Wood finishing adalah proses pengecatan pada kayu atau produk olahan kayu. Wood finishing merupakan istilah yang sangat dekat dengan furniture finishing. Seringkali saat kita menyebutkan istilah wood finishing yang tergambar di dalam otak kita adalah furniture finishing dan sebaliknya. Hal yang sangat masuk akal karena dari dulu saat manusia mengenal mebel sampai sekarang, kayu merupakan bahan baku utama untuk membuat mebel. High end furniture yang membutuhkan finishing yang bagus dan membutuhkan sentuhan seni hampir semuanya dibuat dari kayu atau produk olahannya. Meskipun saat ini telah banyak juga produk mebel yang dibuat dari bahan baku selain kayu misalnya seperti rotan, plastik, logam atau bahkan resin, tetapi pengetahuan dan keahlian finishing untuk kayu masih merupakan dasar utama yang sangat penting untuk bisa menguasai dan mendalami furniture finishing.
Sebenarnya ada juga proses yang merupakan wood finishing yang bukan furniture finishing karena kayu banyak juga dipakai untuk bahan baku membuat produk-produk selain furniture product, seperti flooring parquet, wall panelling, decking, dan lain-lainnya. Proses finishing untuk kayu untuk produk-produk tersebut secara teknik sangat mirip dengan dengan prinsip-prinsip untuk proses finishing mebel yang terbuat dari kayu, kecuali bahwa untuk furniture finishing selain kemampuan yang menyangkut teknik juga dibutuhkan sentuhan seni. Yang harus selalu diingat adalah bahwa kayu merupakan produk alam yang sangat unik, maka pengetahuan mengenai jenis-jenis kayu dan sifat-sifatnya merupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari wood finishing dan juga furniture finishing.


Fungsi yang harus dipenuhi oleh furniture finishing
Finishing pada mebel harus dapat memenuhi 2 fungsi, yaitu fungsi keindahan dan fungsi perlindungan. Yang dimaksud dengan fungsi keindahan adalah bahwa suatu finishing harus dapat membuat suatu produk mebel menjadi indah dan menarik bagi orang yang mau memakainya, sedangkan yang dimaksud dengan fungsi perlindungan adalah bahwa suatu finishing yang dari suatu produk mebel harus dapat memberikan perlindungan sehingga mebel tersebut dapat menjalankan fungsinya sebagai perlengkapan dalam suatu rumah atau ruangan..

Fungsi perlindungan dari finishing
Pada jaman dulu saat pertama kali orang mengenal finishing untuk furniture, fungsi utamanya adalah untuk bisa memberikan perlindungan sehingga produk mebel tersebut dapat bisa digunakan lebih lama. Sampai sekarang tentu saja furniture finishing masih tetap diharapkan untuk dapat memberikan perlindungan yang cukup. Furniture finishing harus cukup kuat sehingga produk furniture itu dapat menjalankan fungsinya sebagai alat-alat untuk rumah tangga. Kekuatan yang diharapkan oleh suatu produk furniture sangat tergantung dari kegunaan dari produk tersebut. Misalnya suatu finishing untuk produk outdoor furniture diharapkan dapat tahan terhadap cuaca udara luar seperti: panas, dingin, hujan. Finishing untuk indoor furniture seperti: bed room set harus bisa membuat produk mebel itu dapat dibersihkan dengan mudah dan bisa digunakan tanpa mengotori pakaian atau benda yang diletakkan diatasnya.

Suatu finishing untuk kitchen cabinet atau dinning set harus cukup kuat dan mudah dibersihkan kalau kena kotoran seperti saus kecap, minyak atau makanan-makanan yang lain. Finishing untuk suatu kids furniture atau toys tentu saja harus aman dan bebas racun sehingga tidak mengganggu kesehatan anak-anak yang memakainya.

Fungsi keindahan dari finishing
Pada perkembangan berikutnya ternyata finishing juga berfungsi untuk memberikan keindahan pada suatu produk mebel. Semakin berkembangnya dan maju suatu peradaban maka kebutuhan terhadap nilai keindahan dan seni ini menjadi semakin penting. Suatu produk mebel sekarang ini tidak hanya dilihat dari fungsinya saja, tetapi semakin lama semakin dibutuhkan untuk dapat memenuhi selera dari pemakainya. Fungsi estetika dari finishing ini pada saat ini menjadi semakin diperlukan bagi suatu produk furniture. Pada saat ini dimana teknologi dan informasi mengenai pembuatan mebel sudah menyebar dan dikuasai oleh sebagian besar pelaku industri mebel, maka fungsi suatu produk mebel hampir sudah dapat dipenuhi oleh semua produk mebel yang ditawarkan ke pasar. Pada kondisi ini maka kunci untuk menarik pembeli adalah dengan memberikan design dan model yang bisa menarik dan cocok dengan selera para pembeli.

Karena itulah maka saat ini telah berkembang berbagai macam model dan desain produk mebel seperti: model klasik, model antic, model kontemporer, model minimalis dan lain-lain. Untuk melengkapi desain mebel tersebut maka suatu produk mebel membutuhkan suatu penampilan finishing yang sesuai dengan model-model tersebut. Pada saat ini maka saat ini telah berkembang berbagai macam model finishing menyesuaikan dengan perkembangan model mebel tersebut misalnya finishing gaya antik, finishing gaya klasik, simple finish, natural finish, dan lain-lainnya. Sebagai departemen terakhir dalam proses pembuatan mebel maka proses finishing harus bisa menyesuaikan dengan model mebel yang sudah ada untuk bisa menghasilkan suatu produk mebel yang menarik dan disukai oleh banyak orang yang akan membelinya.

Ditulis oleh: wisno furniture finishing.

Jika anda ingin mengetahui lebih banyak mengenai furniture finishing silakan temukan lebih banyak artikel saya tentang finishing mebel di www.wisnofurniturefinishing.com




























Wednesday, October 5, 2011

Wall Art Interior

1. Ruang Tamu
Ruang tamu biasanya bersifat lebih formal dibandingkan dengan ruang lain di dalam rumah. Sifat ruangnya adalah publik, yang artinya lebih banyak dimasuki oleh orang luar. Wall art yang cocok untuk ruang tamu ini adalah bentuk-bentuk geometris yang kaku yang diimbangi dengan warna-warna yang kalem. Bingkai dari wall art di ruang tamu biasanya dipilih yang mempunyai garis-garis tegas dan bergaya minimalis.
Jika ruang tamu Anda bergaya klasik, pilihlah wall art dengan nuansa klasik yang kental, terutama pada bingkainya.
Penataannya akan cenderung simetris dan berjajar di dinding dengan rapi, atau pemasangan soliter, yaitu pemasangan 1 wall art saja namun mendominasi bidang dinding secara menyeluruh.
2. Ruang keluarga
Wallart is InteriorRuang keluarga merupakan pusat dari seluruh aktivitas keluarga. Suasananya cenderung santai dan aktif. Sifat ruangnya semi publik, dalam arti hanya beberapa orang luar saja yang diperbolehkan untuk memasuki area ini, yaitu mereka yang akrab dengan penghuni. 

Wall art yang dipasang di ruang keluarga ini biasanya adalah foto-foto keluarga yang lengkap dengan warna-warna yang disesuaikan dengan warna interior ruang keluarga tersebut. Bingkai wall art di ruang keluarga lebih luwes, bisa Anda pilih dari yang bergaya klasik hingga bingkai bergaris tegas modern minimalis. Yang perlu Anda perhatikan hanyalah kesesuaiannya dengan furniture dan warna dinding ruang.
3. Ruang makan
Ruang makan bisa saja menyatu dengan ruang keluarga, sehingga aktivitas-aktivitasnya pun hampir sama dengan ruang keluarga. Suasananya santai dan menyenangkan. Sifat ruangnya semi publik, dengan aktivitas yang lebih terfokus yaitu makan. 

Wall art yang dipasang sebaiknya dipilih gambar-gambar yang menggugah selera, seperti gambar-gambar buah, sayur dan lain-lain. Atau dapat pula dipilih gambar-gambar pemandangan alam yang hijau yang menyejukkan mata. Agar keakraban dan keceriaan bertambah, pilihlah warna-warna yang cerah dan hangat untuk bingkai maupun objek wall art-nya.
4. Ruang kerja
Bekerja membutuhkan motivasi. Hal ini bisa dicapai dengan memasang wall art dengan inspiring words di dalamnya, berisi kalimat-kalimat yang menambah semangat kerja atau kalimat-kalimat bijak lainnya. Untuk menambah suasana yang menyenangkan dapat pula Anda pasang lukisan-lukisan abstrak dengan bentuk-bentuk geometris yang tidak terlalu tegas. 

Gunakan bingkai yang bergaya minimalis atau kontemporer untuk menunjukkan modernitas. Pilihlah yang berwarna metalik seperti silver atau stainless steel untuk menonjolkan keindahan objek wall art. Namun hati-hati, jangan terlalu banyak memasang wall art di ruang kerja, karena akan memecah konsentrasi.
5. Ruang tidur utama
Ruang tidur utama merupakan area yang paling privat di dalam rumah. Karenanya penataannya akan cenderung bersifat personal di pemilik kamar. Hadirkan ketenangan dan kenyamanan di dalam ruang tidur dengan memasang wall art yang bersifat menenangkan, seperti lukisan pemandangan alam yang indah. Pilihlah bingkai sesuai dengan yang Anda inginkan namun jangan lupa untuk tetap memperhatikan color scheme dan tema ruang tidur Anda tersebut.
6. Ruang tidur anak
Lucu, ceria dan berwarna cerah, itulah kesan yang akan ditampilkan oleh sebuah ruang tidur anak. Pilihlah objek-objek yang sekiranya disukai anak-anak, binatang, poster tokoh kartun atau bahkan hasil lukisan anak Anda sendiri. Pilihlah bingkai-bingkai simpel yang tidak terlalu berat dengan warna-warna yang cerah atau pastel.
7. Dapur
Kegiatan memasak dan mencoba-coba resep bisa dibuat lebih menyenangkan dengan hadirnya wall art yang membangun suasana, seperti gambar-gambar buah, sayur, atau bunga. Anda pun dapat memasang koleksi alat makan yang kuno dan indah di dalam bingkai yang simpel di dapur.
8. Teras
Teras merupakan ruang publik dan area penyambutan tamu sebelum dipersilakan masuk ke dalam rumah. Ciptakan kesan ‘welcome’ dengan menempatkan lukisan-lukisan flora atau alam. Pilihlah bingkai berwarna natural dengan serat-serat kayu yang masih terlihat, jangan terlalu besar dan pasanglah satu wall art saja.

courtesy : tips.nicefine.net 

8 Prinsip Penataan Wall Art

Untuk mewujudkan harapan sebuah interior yang memiliki karakter khas dengan menggunakan Wall Art, tentu perlu memahami prinsip-prinsip penataan wall Art yang harus diperhatikan. Berikut adalah prinsip-prinsip dasar penataan Wall Art bagi rumah Anda.

1. Keseimbangan
Jika Anda akan mengatur komposisi wall art, yang pertama harus dipikirkan adalah prinsip keseimbangan. Ini berarti adalah pengaturan keseimbangan visual. Pandangilah bidang dimana wall art akan Anda pasang. Bayangkanlah secara keseluruhan. Jangan biarkan berat sebelah, artinya pasanglah wall art Anda dengan merata pada seluruh bidang tersebut.

2. Dominasi
Size does matter! Perhatikan ukuran wall art Anda. Jika termasuk dalam ukuran super large mungkin Anda harus memasangnya sebagai objek tunggal di bidang dinding ruang yang luas. Kurangi efek “super large” nya dengan meletakkannya di sekitar elemen interior yang juga besar, misalnya di atas sebuah sofa double. Wall art yang berwarna gelap, bertekstur kasar atau berbentuk aneh akan tampak mendominasi, demikian pula wall art yang berwarna mencolok seperti merah cerah atau warna cerah yang lain.

BD 0004 HS1092 2007 229x300 8 Prinsip Penataan Wall Art3. Komposisi
Jika Anda mempunyai beberapa wall art yang ingin dipasang di dinding dalam ukuran yang berbeda-beda, sebaiknya Anda coba mengkomposisikannya dulu. Selama ini para desainer interior cenderung memasang wall art dalam jumlah yang ganjil, yaitu tiga, lima, tujuh dan seterusnya. Bermain-mainlah dengan wall art Anda di lantai. Taruh yang ini di sini, taruh yang itu di sana. Tukar tukar dan sebagainya. Gunakan intuisi Anda. Jika sudah tampak nyaman di mata, berarti Anda sudah mendapatkan komposisi yang Anda inginkan.

4. Benang merah
Beberapa wall art yang dipasang secara bersamaan sudah tentu akan lebih menarik jika terdapat benang merah yang menghubungkan antara wall art yang satu dengan yang lain. Pilihlah gambar yang mempunyai satu tema, atau mempunyai warna dominasi yang sama, scene yang sama atau bahan yang sama. Pilihan yang lain, mungkin Anda bisa memasang wall art yang mempunyai alur cerita.

5. Ritme
Seperti dalam sebuah musik, ritme sangat menentukan keindahan dari sebuah komposisi. Dalam pemasangan wall art ini, ritme dapat diperoleh dari permainan spacing (jarak antara wall art), ukuran ataupun bentuk wall art Anda. Ritme ini biasanya akan dapat menentukan mood dari komposisi wall art. Bisa berarti mood yang datar, bergelombang, energik ataupun yang tenang. Ketika Anda memasang wall art Anda dalam spacing dan ukuran yang sama, mood yang Anda dapatkan adalah ketenangan. Sedangkan jika Anda mengatur ritme dengan memainkan ukuran besar dan kecil, vertikal dan horisontal, maka mood ruang Anda akan menjadi lebih dinamis.

6. Focal Point
Kecenderungan orang memandang adalah lebih dulu tertuju pada satu objek yang paling dominan di dalam ruang. Manfaatkan kencenderungan ini dengan memulai komposisi Anda dari wall art yang paling dominan. Jika wall art dominan ini sudah terpasang, maka Anda dapat memasang wall art yang lain di sekeliling wall art dominan ini. Hal ini akan membuat komposisi Anda lebih menyatu.

7. Ruang negatif
Alternatif penarik perhatian yang lain adalah menciptakan ruang negatif. Perhatikan warna dinding interior Anda. Pada prinsipnya, Anda harus memasang wall art yang mempunyai tingkat kontras warna yang tinggi terhadap bidang dinding di mana wall art itu akan dipasang. Jika warna dinding Anda cenderung gelap, pasanglah wall art yang mempunyai warna dominasi yang cerah, begitu pula sebaliknya.

8. Proporsi
Proporsi menciptakan keseimbangan. Sebagian orang cenderung menilai bahwa proporsi berhubungan dengan ukuran. Ini tidak sepenuhnya benar. Proporsi berhubungan dengan rasa dan kenyamanan Anda dalam melihat sebuah komposisi, bagaimana wall art yang satu nampak menyatu dengan wall art yang lain.

courtesy : tips.nicefine.net ::::

Monday, September 26, 2011

Bangunan Bambu

Bambu telah digunakan sebagai bahan bangunan sejak lama di Indonesia. Struktur bangunan bambu dapat dengan mudah ditemui di banyak tempat yang memiliki bambu, mulai struktru yang paling sederhana seperti gubuk hingga struktur yang rumit berupa jembatan dengan bentangan hingga puluhan meter dapat ditemui di Sumatra, Jawa dan Sulawesi.

struktur bangunan bambu bentang lebar














Sebagai bahan bangunan, bambu memiliki keunggulan karena struktur dan juga karena perbandingan kekuatan dan berat yang dimilikinya. Serat bambu yang panjang menambah kekuatan bambu dan bahkan melebihi kayu pada umumnya, dan bahkan mengalahkan baja. Di sisi lain, bambu memiliki kadar lignin yang rendah, komponen punyusun utamanya adalah asam salisilat, yang memberikan kelenturan sekaligus kekuatan pada bambu.

Pemanfaatan bambu semakin lama diketahui semakin banyak, dalam hal bahan bangunan misalnya, dalam beberapa tahun belakangan ini, pemanfaatan panel atau bambu laminasi semakin berkembang pesat. Ini tentu saja di sebab oleh keindahan tekstur bambu, serta kekuatan, kelenturan dan kemampuan bahan bambu beradapatasi dengan kelembaban. Maka tidaklah berlebihan jika banyak pihak mengatakan bahwa bambu adalah bahan material masa depan yang akan menggantikan posisi kayu.
Keuntungan menggunakan bahan bambu
Rumah bambu tradisional timorSudah umum diketahui bahwa bambu adalah sumber yang dapat diperbaharui, alami dan mampu tumbuh dengan sangat cepat, sehingga pemanfaatan bambu akan mengurangi penggundulan hutan hujan tropis yang saat ini dalam kondisi kritis. Kelebihan menggunakan bahan bambu untuk bangunan diantaranya:
  • Bambu mudah dipotong, dilobangi, diangkat serta mudah perawatannya, hanya dengan peralatan sederhana kita bisa membuat bangunan bambu.
  • Karena karakter dan struktur fisiknya, bambu dapat dikatakan cocok untuk segala jenis struktur konstruksi. Baik untuk konstruksi permanen maupun bangunan sementara. Selain itu, kelenturan dan kekuatannya terbukti sebagai bahan yang aman untuk daerah yang rentan gempa seperti Indonesia.
  • Bambu tidak bersifat polutif, seluruh bagian bambu dapat digunakan dan tidak ada yang terbuang. (Dalam praktiknya batang bambu dapat digunakan untuk konstruksi, bagian pucuknya yang lebih kecil dapat dijadikan ajir atau penyangga tanaman, daun bambu dapat dijadikan makanan ternak dan juga kompos, tunas muda bambu dapat dimakan sebagai sayuran yang lezat). Bahkan sisa-sisa dari industry furniture/banguanan bambu dapat dijadikan arang yang bermutu dan bernilai ekonomi tinggi.
  • Bagian permukaan luar bambu sudah secara alami licin dan bersih dengan warna yang alami dan menarik pula. Sehingga bambu tidak memerlukan pengecatan atau amplasan. Bambu juga dapat dikombinasikan dan cocok dengan material lain seperti kayu, batu, dan baja.
Perlakuan terhadap bahan bambu
restoran dan cafe dari bahan bambuAplikasi yang kurang tepat, perlakuan yang salah dan pemanfaatan bambu sebagai bangunan murahan telah menggiring kepada pandangan umum bahwa bambu adalah kayu murahan. Namun saat ini kesadaran masyarkat akan kelebihan bahan bambu serta nilai lebihnya dari sisi lingkungan mulai membawa bambu ke tingkat yang lebih tinggi. Apa yang akan terjadi pada material bambu ketika kita tidak memperlakukannya dengan benar?
  • Ketika ditebang, kumbang bubuk akan segera meninfeksi bambu, oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk langsung mengawetkan bambu.
  • Bambu yang bersentuhan langsung dengan tanah dalam waktu lama, akan mangalami pelapukan dan mengundang serangan serangga, hal ini juga terjadi pada kayu. Oleh sebab itu sturktur bambu harus menghindari kontak langsung dengan tanah.
  • Sama seperti kayu, bambu yang kering sangat mudah terbakar, oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk mengawetkan bambu dengan bahan pengawet yang dapat meningkatkan tingkat fire retardant bambu.
  • Banyak tukang yang sulit mengerjakan bahan bambu karena ukuran diameter bambu dari pangkal ujung seringkali tidak sama, demikian pula ketebalannya. Namun para perajin dan tukang yang berpengalaman menangani bambu tidak ada kesulitan dengan kondisi ini. Artinya diperlukan pelatihan bagi yang belum mengenal karakteristik bambu.
  • Konstruksi bambu yang baik membutuhkan keahlian khusus dalam hal sambungan dan ikatan. Aplikasi yang salah akan mengurangi kekuatan struktur dan juga keindahan bangunan bambu. Diperlukan peningkatan keterampilan bagi yang baru mulai bekerja dengan bambu.

Prinsip Sambungan Material Bambu

Prinsip dasar sambungan bambu

contoh sambungan yang benarDi halaman ini terdapat beberapa contoh sambungan dasar yang biasa diterapkan pada struktur bambu. Aplikasi secara tepat dan benar sangat penting dan mempengaruhi kekuatan dan keindahan struktur bambu yang anda buat. Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam membuat bangunan atau produk bambu lainnya:
  • Hindari menggunakan bambu yang muda atau masih hijau dan baru ditebang untuk bangunan bambu anda. Bambu sebaiknya dikerinkan dulu sebelum digunakan untuk keperluan konstruksi dan furniture
  • Gunakan bambu yang cukup tua, tapi tidak terlalu tua, karena jika terlalu tua kekuatannya juga sudah berkurang. Umur bambu yang dianjurkan adalah sekitar 3-4 tahun.
  • Jangan gunakan bambu yang telah terserang bubuk atau serangga lainnya. Bambu haruslah diawetkan terlebih dulu untuk memperpanjang usia bangunan anda.
  • Jangan gunakan bambu yang retak karena dapat mengurangi kekuatan struktur bangunan.
  • Gunakan teknik pemotongan dan sambungan yang benar ketika membuat bangunan bambu.
  • Gunakan bambu denga diameter dan ketebalan yang sesuai dengan kebutuhan proyek anda.
  • Hindari penggunaan paku, lebih baik menggunakan sambungan besi, nilon atau ikatan ijuk. Penggunaan paku secara langsung dibatang bambu dapat menyebabkan bambu retak bahkan pecah.
  • Jika bambu dipakai untuk tiang penyangga, pastikan sedapat mungkin bagian penopang bawah yang menjadi penyangga dipotong tepat menyisakan buku bambu, jadi jangan memotong di tengah ruas bambu.
  • Jika menggunakan sambungan baut, upayakan memasangnya disekitar buku bambu, karena pemasangan di tengah-tengah ruas dapat membuat bambu pecah ketika baut dikencangkan.
  • Manfaatkan keberadaan nodes (buku diantara ruas) ketika anda membangun menggunakan bambu. Buku bambu ini sangat penting, tiang bambu harus menyisakan buku di kedua ujung bambu untuk mempertahankan kekuatan, jika tidak tekanan akan menyebabkan ruas bambu menjadi retak dan pecah.
  • Memang sangat sulit dan bahkan mustahil untuk menemukan bambu yang memiliki panjang ruas yang sama, jika anda terpaksa memotong di bagian tengah ruas, gunakakan lah penguat dengan cara memasukkan kayu ditengah ruas tersebut untuk menggantikan posisi buku dan menjaga kekuatan bambu

Berikut ini adalah beberapa gambar dari sambungan atau koneksi dasar yang dianjurkan untuk konstruksi bambu.
Jenis-jenis potongan & cara membuatnya:

Aplikasi pasak kayu sebagai penguat:


Contoh-contoh sambungan:













Courtesy : bambuawet.com :::

Saturday, September 24, 2011

Bambu: Alternatif Material Rumah

Kita ketahui bahwa kayu mutlak dibutuhkan dalam pembangunan rumah. Oleh karena itu eksplorasi besar-besaran, seperti penebangan pohon di hutan-hutan Kalimantan, banyak terjadi. Melihat penebangan pohon dan penggundulan hutan seperti itu, arsitek Effan Adhiwira merasa prihatin dan mengatakan harus ada pilihan lain untuk menyelamatkan kayu.
Bahkan sekarang, karena permintaan kayu yang sangat besar di pasaran, eksplorasi kayu sudah merambah sampai ke Papua, tak hanya Kalimantan saja. Effan mengatakan, pasar membutuhkan pilihan lain yang tidak kalah dengan material kayu untuk membangun rumah. Pilihan ini juga ramah lingkungan, tetapi utamanya memberikan pilihan agar dapat mengurangi produksi kayu. Effan menambahkan bambu merupakan pilihan yang tepat sebagai alternatif bahan pembangun rumah.


Bambu memang sudah lama didengungkan sebagai material alternatif karena produksinya lebih murah. Struktur bambu juga kuat. Namun, kurangnya sosialisasi dan bukti-bukti bahwa rumah berbahan bambu itu kuat menjadikan peminatnya sedikit. Hal itu dibuktikan oleh John Hardy dengan mendirikan Green School dan hunian Green Village di Bali. Green School merupakan sekolah yang bangunannya terbuat dari bambu. Di sini, para peserta didik diajarkan cara mengenal dan menyayangi lingkungan. Sedangkan Green Village adalah hunian bagi orangtua siswa tinggal di dekat sekolah. Sekolah yang sudah berdiri sejak 2008 ini memprioritaskan material alam di sekitar lingkungan sekolah menjadi bahan utamanya.
"Di sana diajarkan bahwa di alam ini tidak ada yang berwujud kotak sempurna, karenanya bangunan mengikuti dan beradaptasi terhadap apa yang sudah diberikan alam. Bangunan di Green School tidak memaksakan atau memotong pohon yang sudah ada," kata Effan.
Bangunan yang tercipta terlihat menakjubkan meskipun berbahan bambu. Begitu juga dengan teknik-teknik perencanaan bangunan yang dibuat secara matang dan mengutamakan unsur keselamatan komunitas di dalamnya. Desain bangunan tersebut dibuat secara bijaksana, yakni menggunakan material yang tersedia di alam, tetapi tetap berpikir kreatif untuk memaksimalkan karakteristik material itu. Namun, penggunaan bambu untuk membangun rumah juga patut memperhitungkan pemrosesan yang tepat. Misalnya saja, proses pengeringan yang sangat lama agar kekuatan bambu tahan lama dan antihama.
Effan juga mengemukakan bahwa pemakaian bambu juga tak boleh bersentuhan langsung dengan tanah. Agar semakin kuat dan memerhatikan aspek keselamatan, pemakaian bambu bisa dipadukan dengan penggunaan beton sebagai fondasi. Namun, lepas dari berbagai kekurangannya, pendekatan penggunaan bambu sebagai alternatif pendamping kayu akan mengajak masyarakat memikirkan isu-isu lokalitas. Effan juga melanjutkan material apa pun dapat dikembangkan. Proses ini sebagai salah satu pendekatan untuk membangun dunia yang berkelanjutan.

Courtesy : Pendopo.com I properti.kompas.com ::::

Teduh Nyaman Rumah Bambu

Gerah dan panas sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Cibinong, Kabupaten Bogor, langsung sirna begitu memasuki kawasan Yayasan Bambu Indonesia. Semilir angin bertiup di antara keteduhan rumpun bambu.Tubuh terasa nyaman begitu duduk lesehan di gazebo ataupun rumah-rumah bambu. Tak heran, cukup banyak konsumen berupaya membawa pulang kesejukan itu dengan membangun rumah bambunya sendiri.

Sejak tahun 1985, pengelola Yayasan Bambu Indonesia, Jatnika Nanggamiharja, telah membangun lebih dari 3.000 rumah bambu di seluruh Indonesia. Permintaan ekspor knock down atau rakitan rumah bambu dari luar negeri pun terus mengalir, khususnya dari Malaysia, Brunei, dan Arab Saudi. Jatmika mengaku sampai kewalahan dan menolak permintaan ekspor rumah bambu karena maksimal hanya bisa membangun dua rumah bambu kualitas nomor satu per tahun. Lamanya proses pembuatan rumah terkait pemilihan bahan baku rumah bambu berkualitas tinggi yang bisa memakan waktu hingga enam bulan.
Bambu rakitan yang dikirim ke Malaysia, antara lain, terdiri dari bambu betung, bambu gombong, bambu tali, dan bambu hitam yang sudah mengalami pengawetan di Bogor. Pembangunan tiap rumah dilakukan tenaga ahli dari Indonesia dan biasanya membutuhkan waktu pembangunan sekitar tiga bulan per rumah.



Di dalam negeri, pembangunan rumah bambu terus menjadi tren untuk digunakan sebagai kediaman pribadi, ruang pertemuan, hingga masjid dan pesantren. Bambu sanggup memberi citra rumah rakyat yang ramah lingkungan dan mudah dirawat. Dengan proses pengawetan yang benar, bambu tidak mudah rusak oleh cuaca atau serangan rayap dan bubuk.

Modern
Rumah bambu biasanya dibuat tidak terlampau besar, tetapi tetap mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia modern. Rumah bambu yang ditempati Jatnika dan keluarganya memiliki empat kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, dua kamar mandi, serta teras di depan dan belakang rumah.
Bahan utama rumah ini menggunakan bambu pilihan, seperti bambu betung, bambu gombong, bambu tali, dan bambu hitam, berdiameter 12 cm hingga 20 cm. Setiap bambu diikat tali ijuk dengan 10 macam ikatan. Tali ijuk tak hanya berfungsi memperkuat bangunan, tetapi juga memberi sentuhan keindahan.

Dinding rumah dibuat dari anyaman bambu, sedangkan lantainya menggunakan pelapis alas bambu yang disebut palupuh. Sementara bentuk atap bergaya garuda ngupuk dengan genteng ringan. Selain rumah pribadi Jatnika, kawasan Yayasan Bambu Indonesia di Bumi Cibinong Indah ini juga ditumbuhi rumah bambu bagi para perajin, mushala, gazebo, dan rumah tamu.
Rumah bagi tamu dibuat berukuran luas 42 meter persegi. Rumah mungil ini terdiri dari ruang tidur yang menyatu dengan ruang duduk serta kamar mandi dalam. Para tamu biasa berkumpul di teras bagian depan. Dengan perawatan yang baik, rumah bambu bisa tahan hingga lebih dari 20 tahun.

Rumah bambu juga dikenal unggul karena tahan terhadap gempa. Agar tidak mudah diterbangkan angin kencang, konstruksi rumah bambu diperkuat dengan struktur beton di bagian dasar. Untuk melindungi rumah bambu dari genangan air di sekitar rumah ketika hujan, sebagian dinding rumah bisa dipadukan dengan dinding batu bata setinggi lebih kurang satu meter.
Di lingkungan taman yang ditumbuhi rumpun aneka jenis bambu, Jatnika juga meletakkan mushala dari bambu. Mushala berukuran luas 11 meter persegi ini dibuat sangat praktis dan sekaligus dapat difungsikan sebagai bangunan taman dan tempat istirahat.

Jenis bambu
Kekuatan konstruksi rumah bambu sangat bergantung pada jenis tanaman bambu yang digunakan serta sistem penyambungan konstruksinya. Konstruksi utama bangunan harus dibuat dari bambu betung, bambu gombong, dan bambu tali. Sementara jenis bambu lain, seperti bambu hitam, bambu trutul, dan bambu kuning, hanya dimanfaatkan untuk dekorasi.

Bambu betung yang digunakan untuk konstruksi tiang jangan sampai terlalu tua. Sebaliknya, bambu gombong untuk struktur kuda-kuda dan bambu tali untuk struktur usuk harus berusia lebih dari sepuluh tahun. Ciri-ciri bambu tua antara lain akar sudah berjumlah sepuluh ruas, warna mulai kuning dan ditumbuhi jamur yang menandakan sudah keluarnya zat gula.
Kebanyakan rumah bambu tradisional Jawa Barat menggunakan atap dasar pelana dengan sayap atau sorondoi menghadap arah timur dan barat agar tempias hujan dan sinar matahari tidak langsung mengenai dinding. Bentuk atap rumah bambu sangat beragam, seperti tagog anjing (sayap panjang di bagian belakang), garuda ngupuk (sayap ujung pendek), dan julang ngapak (tinggi bersusun).

Saat ini, bentuk atap yang paling banyak digunakan adalah modifikasi atap garuda ngupuk dan julang ngapak dengan penambahan anak atap atau atap tinggi bersusun. Bahan penutup atap bervariasi dengan aneka pilihan, seperti jerami atau ilalang, ijuk atau daun nipah, hingga genteng tanah.

Dikembangkan dari rumah tradisional Jawa Barat, rumah bambu akan semakin nyaman dinikmati jika dipadukan dengan material alam lain, seperti batu alam dan suara gemericik air. Apalagi, pilihan model rumah bagi konsumen pun sangat beragam. Saat ini saja sudah tersedia 41 model rumah tradisional Jawa Barat.
Keunikan karakter bambu, jenis bambu, dan ukuran bambu mampu memberikan banyak inspirasi dan inovasi untuk berkreasi dalam pembuatan rumah bambu. Semuanya tentu saja demi menambah kenyamanan si empunya rumah….

Courtesy : properti.kompas.com ::::

Material Rumah Ramah Lingkungan


Apa saja material ramah lingkungan yang bisa kita gunakan di rumah ? berikut uraiannya ...
 
1. Bambu
Tidak ada yang tidak kenal dengan material yang satu ini, dong, ya? Tanaman asli Asia ini disebut-sebut sebagai material ramah lingkungan karena mudah sekali terbarukan. Tanaman bambu hanya membutuhkan beberapa tahun untuk tumbuh. Batang bambu yang usianya 3-6 tahun sudah bisa dipanen dan dimanfaatkan. Coba bandingkan dengan kebanyakan kayu solid yang membutuhkan waktu tumbuh hingga bisa dipanen, mencapai 15-20 tahun.

Satu hal yang perlu diperhatikan saat akan menggunakan bambu sebagai materia untuk furnitur atau rumah Anda, kandungan pengawetnya. Beberapa produsen bambu menggunakan cairan kimia untuk mengawetkan atau proses finishing pada bambu. Jadi jelilah memilih. Bukan berarti harus 100% bebas zat kimia, kalau kadarnya masih rendah,di bawah 0,3 ppm, masih aman, kok.

2. Kayu Buangan
Hah, masa ada, sih, yang namanya kayu buangan? Ada. Contohnya jati. Kalau sempat ke hutan jati di Jawa Tengah, Anda akan menemukan para petani jati menyiangi ranting-ranting jati dan membuangnya begitu saja. Kadang-kadang ranting jati tadi dimanfaatkan juga sebagai kayu bakar. Sayang sekali, bukan?

Nah, daripada terbuang percuma, ranting-ranting ini sebenarnya bisa dikumpulkan dan dijadikan furnitur. Sekarang ini sudah ada desainer-desainer produk yang membuat furnitur dari susunan ranting jati dan jenis buangan kayu lainnya.

Kayu buangan sebenarnya bukan hanya ranting jati, sisa-sisa potongan kayu pun bisa digolongkan kayu buangan. Dengan kreativitas dan kepedulian terhadap lingkungan, bukan hal mustahil bagi para arsitek, desainer interior, dan desainer produk menciptakan karya-karya yang luar biasa dari material buangan ini.

3. Material Daur Ulang
Kata daur ulang sudah identik dengan ramah lingkungan, jauh sebelum isu pemanasan global marak dibicarakan. Sekarang makin banyak produsen material yang menggunakan bahan-bahan daur ulang.

Wallcover, pelapis laminasi (HPL), lantai parket, dan sebagainya. Tinggal tanya sang produsen, dengan senang hati mereka akan memperkenalkan produk ramah lingkungan dari perusahaan mereka. Sayangnya, kebanyakan produsen masih membandrol produk-produk berlabel green mereka dengan harga relatif mahal.

4. Memanfaatkan Lagi Barang-barang Bekas
Sedikit mirip dengan pemanfaatan material daur ulang, bedanya kali ini memanfaatkan barang-barang bekas untuk jadi barang lain yang berfungsi baru. Misalnya pintu bekas yang rusak di beberapa bagiannya, mungkin tidak bisa lagi berfungsi maksimal sebagai kayu, tapi kita bisa “menyulapnya” jadi benda lain, meja misalnya. Dengan demikian si pintu tidak begitu saja menjadi sampah, kan?

5. Kain-kain yang Mudah Terurai (Biodegradable)
Wol dan katun adalah contoh kain yang berasal dari alam, mudah terbarukan, dan mudah terurai (biodegradable). Di Indonesia mungkin kita masih jarang menemui karpet 100% wol, atau sarung cushion yang 100% katun. Sebagian besar masih dicampur dengan serat-serat kain sintetis, salah satunya polyester.

Tapi hati-hati juga memilih produk berbahan wol dan katun, meskipun kadarnya 100%. Zat pewarna yang digunakan, bukan tidak mungkin mengandung zat kimia yang sulit diurai oleh alam. Jadi, tidak bisa sembarangan juga.

6. Gabus (Cork)
Eits, jangan samakan gabus dengan styrofoam, ya. Kita sering menjumpainya sebagai tutup botol di botol-botol anggur (wine). Kalau Anda masih menyimpan termos-termos lama, biasanya penutupnya juga terbuat dari gabus yang dilapisi kain.

Di banyak negara gabus tidak hanya sekadar menjadi tutup botol. Gabus digunakan juga sebagai bahan parket, top table, kap lampu, dan berbagai aksesori.

Gabus terbuat dari kulit kayu. Mengapa gabus digolongkan sebagai material ramah lingkungan? Karena bisa didaur ulang, biodegradable, dan untuk membuatnya tidak perlu menebang pohon, karena kulit kayu, bahan dasar gabus, diambil semasa pohon tumbuh. Dalam waktu singkat, kulit ini akan tumbuh kembali.

Kelihatannya memang rumit, ya, harus memilah-milah material untuk rumah kita. Tapi bukan berarti lantas kita malas memulai. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Enam material ramah lingkungan yang barusan kita bahas ini hanya sekadar contoh. Pasti masih banyak material lain yang mungkin bisa digolongkan sebagai green material.

 courtesy : atelierriri.com :::::
Gambar: www.treehugger.com

Friday, September 23, 2011

Pori-Pori House, Indonesia


PORI-PORI HOUSE AHMET + SALINA STUDIO (PORES 2) PASAR MINGGU, SOUTH JAKARTA
 
Clients are spouses of graphic designers in need of a home and an office at the same time (SOHO/Small Office Home Office). Hence, the dialog between the domestic area and working area is the most essential part.

Pori-Pori House Pori-Pori House Indonesia House Indonesia Home

To preserve the privacy of the domestic area, zoning is executed vertically and horizontally. Vertically, the ground floor becomes the working area/design studio whereas the upper floor becomes the house.
An opening at the back of the site becomes a private area for the occupants, while the public area is located at the front of the site. This zoning accounts for the genuine condition of the area, a vacant land children used to play soccer in. To preserve the spirit, the Building Embankment is drawn back about 8 meters to create a public area in the front yard. Social functions and academic events such as graphic community discussions can be held there.
In addition to the clear zoning, the façade is also an essential part of the communication device to communicate with the surrounding neighborhood. Conceptually, "pores" are the secondary skin of the building, in which having "pores" means that the building can breathe. Bamboo is chosen as the primary material for its sensitivity to climate. The bamboo is installed by staking one onto another, with no nails used, because it will hold on stronger and leave no jointing marks. The area between the secondary skin and the façade of the building can be used as a verandah and smoking area. Structurally, this building is an urban infill. A steel structure is used to speed up the working process and exploit neighbors' sidewalls on the left side of the building.
Indonesia Home Indonesia House Indonesia Property Indonesia House
Pori Pori House - Building Information
PORI-PORI HOUSE PASAR MINGGU, SOUTH JAKARTA
Design: Budi Pradono Architects
 
Projects Title : Pori-Pori House Client : Irwan Ahmed and Salina Status : Commissioned 2005 Construction: 2005-06 Location : Pasar Minggu, South Jakarta Site : 164m² Programs : Small office home office (SOHO) Building Area : 107m² Total Floor Area : 134,9m² Total Build Area : 114,5m² Architect : budi pradono architects Project Architect in Chief : Budi Pradono Assistance Project Architects : Anggi Radik Prihanto, Muhammad Sagitha Project Support Assistant : Asa Darmatriaji Models : Anggi Radik Prihanto, Daryanto Structure Engineering : Sugiatno Bamboo Specialist : Mudjiono Photographer : FX Bambang SN - Budi Pradono
Pori-Pori House Indonesia images / information from Budi Pradono Architects

COurtesy : e-architect.co.uk

Wednesday, September 21, 2011

Definisi arsitektur tropis

Tulisan Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch - UMBSalah satu alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam iklim tempat manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu yang bervariasi pula.

Untuk melangsungkan aktivitas kantor, misalnya, diperlukan ruang dengan kondisi visual yang baik dengan intensitas cahaya yang cukup; kondisi termis yang mendukung dengan suhu udara pada rentang-nyaman tertentu; dan kondisi audial dengan intensitas gangguan bunyi rendah yang tidak mengganggu pengguna bangunan. Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat ketidaksesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan.

Dengan bangunan, diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasidiubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai. Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai seringkali tidak seluruhnya tercapai. Dalam banyak kasus, manusia di daerah tropis seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam bangunan. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar bangunan.

Pada saat arsitek melakukan tindakan untuk menanggulangi persoalan iklim dalam bangunan yang dirancangnya, ia secara benar mengartikan bahwa bangunan adalah alat untuk memodifikasi iklim. Iklim luar yang tidak sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan aktivitas manusia dicoba untuk diubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai.

Para arsitek yang kebetulan hidup, belajar dan berprofesi di negara beriklim sub-tropis, secara sadar atau tidakatau karena aturan membangun setempatkerap melakukan tindakan yang benar. Karya arsitektur yang mereka rancang selalu didasari pertimbangan untuk memecahkan permasalahan iklim setempat yang bersuhu rendah.


Gambar: http://forum.tamanroyal.com

Bangunan dibuat dengan dinding rangkap yang tebal, dengan penambahan bahan isolasi panas di antara kedua lapisan dinding sehingga panas di dalam bangunan tidak mudah dirambatkan ke udara luar. Meskipun mereka melakukan tindakan perancangan guna mengatasi iklim sub-tropis setempat, karya mereka tidak pernah disebut sebagai karya arsitektur sub-tropis, melainkan sebagai arsitektur Victorian, Georgian dan Tudor; sementara sebagian karya yang lain diklasifikasikan sebagai arsitektur modern (modern architecture), arsitektur pasca-modern (post-modern architecture), arsitektur modern baru (new modern architecture), arsitektur teknologi tinggi (high-tech architecture), dan arsitektur dekonstruksi (deconstruction architecture).

Di sini terlihat bahwa arsitektur yang dirancang guna mengatasi masalah iklim setempat tidak selalu diberi sebutan arsitektur iklim tersebut, karena pemecahan problematik iklim merupakan suatu tuntutan mendasar yang 'wajib' dipenuhi oleh suatu karya arsitektur di manapun dia dibangun. Sebutan tertentu pada suatu karya arsitektur hanya diberikan terhadap ciri tertentu karya tersebut yang kehadirannya 'tidak wajib', serta yang kemudian memberi warna atau corak pada arsitektur tersebut. Sebut saja arsitektur yang 'bersih' tanpa embel-embel dekorasi, yang bentuknya tercipta akibat fungsi (form follows function) disebut arsitektur modern.

Arsitektur dengan penyelesaian estetika tertentu yang antara lain menyangkut bentuk, ritme dan aksentuasidiklasifikasikan (terutama oleh Charles Jencks) ke dalam berbagai nama, seperti halnya arsitektur pasca-modern, modern baru dan dekonstruksi.

Semua karya arsitektur tersebut tidak pernah diberi julukan 'arsitektur sub-tropis' meskipun karya tersebut dirancang di daerah iklim sub-tropis guna mengantisipasi masalah iklim tersebut Kemudian mengapa muncul sebutan arsitektur tropis? Seolah-olah jenis arsitektur ini sepadan dengan julukan bagi arsitektur modern, modern baru dan dekonstruksi. Jenis yang disebut belakangan lebih mengarah pada pemecahan estetika seperti bentuk, ritme dan hirarki ruang. Sementara arsitektur tropis, sebagaimana arsitektur sub-tropis, adalah karya arsitektur yang mencoba memecahkan problematik iklim setempat.

Bagaimana problematik iklim tropis tersebut dipecahkan secara desain atau rancangan arsitektur? Jawabannya dapat seribu satu macam. Seperti halnya yang terjadi pada arsitektur sub-tropis, arsitek dapat menjawab dengan warna pasca-modern, dekonstruksi ataupun High-Tech, sehingga pemahaman tentang arsitektur tropis yang selalu beratap lebar ataupun berteras menjadi tidak mutlak lagi.Yang penting apakah rancangan tersebut sanggup mengatasi problematik iklim tropishujan deras, terik radiasi matahari, suhu udara yang relatif tinggi, kelembapan yang tinggi (untuk tropis basah) ataupun kecepatan angin yang relatif rendahsehingga manusia yang semula tidak nyaman berada di alam terbuka, menjadi nyaman ketika berada di dalam bangunan tropis itu.

Bangunan dengan atap lebar mungkin hanya mampu mencegah air hujan untuk tidak masuk bangunan, namun belum tentu mampu menurunkan suhu udara yang tinggi dalam bangunan tanpa disertai pemecahan rancangan lain yang tepat. Dengan pemahaman semacam ini, kemungkinan bentuk arsitektur tropis, sebagaimana arsitektur sub-tropis, menjadi sangat terbuka. Ia dapat bercorak atau berwarna apa saja sepanjang bangunan tersebut dapat mengubah kondisi iklim luar yang tidak nyaman, menjadi kondisi yang nyaman bagi manusia yang berada di dalam bangunan itu.

Dengan pemahaman semacam ini pula, kriteria arsitektur tropis tidak perlu lagi hanya dilihat dari sekedar 'bentuk' atau estetika bangunan beserta elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik ruang yang ada di dalamnya: suhu ruang rendah, kelembapan relatif tidak terlalu tinggi, pencahayaan alam cukup, pergerakan udara (angin) memadai, terhindar dari hujan, dan terhindar dari terik matahari.

Penilaian terhadap baik atau buruknya sebuah karya arsitektur tropis harus diukur secara kuantitatif menurut kriteriakriteria fluktuasi suhu ruang (dalam unit derajat Celcius); fluktuasi kelembapan (dalam unit persen); intensitas cahaya (dalam unit lux); aliran atau kecepatan udara (dalam unit meter per detik); adakah air hujan masuk bangunan; serta adakah terik matahari mengganggu penghuni dalam bangunan. Dalam bangunan yang dirancang menurut kriteria seperti ini, pengguna bangunan dapat merasakan kondisi yang lebih nyaman dibanding ketika mereka berada di alam luar. Penulis menganggap bahwa definisi atau pemahaman tentang arsitektur tropis di Indonesia hingga saat ini cenderung keliru.

Arsitektur tropis sering sekali dibicarakan, didiskusikan, diseminarkan dan diperdebatkan oleh mereka yang memiliki keahlian dalam bidang sejarah atau teori arsitektur. Arsitektur tropis seringkali dilihat dari konteks 'budaya'. Padahal kata 'tropis' tidak ada kaitannya dengan budaya atau kebudayaan, melainkan berkaitan dengan 'iklim'. Pembahasan arsitektur tropis harus didekati dari aspek iklim. Mereka yang mendalami persoalan iklim dalam arsitekturpersoalan yang cenderung dipelajari oleh disiplin ilmu sains bangunan (fisika bangunan)akan dapat memberikan jawaban yang lebih tepat dan terukur secara kuantitatif.

Mereka yang dianggap ahli dalam bidang arsitektur tropisKoenigsberger, Givoni, Kukreja, Sodha, Lippsmeier dan Nick Baker memiliki spesialisasi keilmuan yang berkaitan dengan sains bangunan, bukan ilmu sejarah atau teori arsitektur.Kekeliruan pemahaman mengenai arsitektur tropis di Indonesia nampaknya dapat dipahami, karena pengertian arsitektur tropis sering dicampuradukkan dengan pengertian 'arsitektur tradisional' di Indonesia, yang memang secara menonjol selalu dipecahkan secara tropis.

Pada masyarakat tradisional, iklim sebagai bagian dari alam begitu dihormati bahkan dikeramatkan, sehingga pertimbangan iklim amat menonjol pada karya arsitektur tersebut. Manusia Indonesia cenderung akan membayangkan bentuk-bentuk arsitektur tradisional Indonesia ketika mendengar istilah arsitektur tropis. Dengan bayangan iniyang sebetulnya tidak seluruhnya benarpembicaraan mengenai arsitektur tropis akan selalu diawali. Dari sini pula pemahaman mengenai arsitektur tropis lalu memiliki konteks dengan budaya, yakni kebudayaan tradisional Indonesia.

Hanya mereka yang mendalami ilmu sejarah dan teori arsitektur yang mampu berbicara banyak mengenai budaya dalam kaitannya dengan arsitektur, sementara arsitektur tropis (basah) tidak hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi di seluruh negara yang beriklim tropis (basah) dengan budaya yang berbeda-beda, sehingga pendekatan arsitektur tropis dari aspek budaya menjadi tidak relevan. Dari uraian di atas, perlu ditekankan kembali bahwa pemecahan rancangan arsitektur tropis (basah) pada akhirnya sangatlah terbuka.

Arsitektur tropis dapat berbentuk apa sajatidak harus serupa dengan bentuk-bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia, sepanjang rancangan bangunan tersebut mengarah pada pemecahan persoalan yang ditimbulkan oleh iklim tropis seperti terik matahari, suhu tinggi, hujan dan kelembapan tinggi. (Tri Harso Karyono)Sepanjang sejarah bangunan dan arsitektur : menjawab tantangan terhadap iklim Bangunan tradisional dan moderen semua menjawab tantangan iklim Penyelesaian perlindungan angin, orientasi bangunan.

Pengetahuan iklim merupakan dasar bagi manusia untuk tinggal, akhirnya menjadi ekspresi untuk rancangannya. Perancangan berdasar iklim adalah satu pendekatan untuk mengurangi biaya energidalam bangunan.

Memahami Arsitektur Tropis dan Iklim


Arsitektur Tropis merupakan salah satu cabang ilmu arsitektur, yang mempelajari tentang arsitektur yang berorientasi pada kondisi iklim dan cuaca, pada lokasi di mana massa bangunan atau kelompok bangunan berada, serta dampak, tautan ataupun pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar yang tropis.

Arsitek 
Gambar: http://jendela-arsitek.blogspot.com

Bangunan dengan desain arsitektur tropis, memiliki ciri khas atau karakter menyesuaikan dengan kondisi iklim tropis, atau memiliki bentuk tropis. Tetapi dengan adanya perkembangan konsep dan teknologi, maka bangunan dengan konsep atau bentuk modern atau hitech, bias disebut bangunan tropis, hal ini diatasi dengan adanya system sirkulasi udara, ventilasi, bukaan, view dan orientasi bangunan, serta penggunaan material modern/hitech yang tidak merusak lingkungan. 

Arsitektur Tropis meliputi berbagai macam hal yang menyangkut desain bangunan atau kawasan yang berkarakter bangunan tropis, dengan pengaruh atau dampak terhadap lingkungannya. 

Desain bangunan dengan karakter tropis, memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut, yaitu : harus memiliki view dan orientasi bangunan yang sesuai dengan standar tropis (building orientation), menggunakan bahan atau bagian pendukung kenyamanan pada kondisi tropis, seperti; sunshading, sunprotection, sunlouver, memperhatikan standar pengaruh bukaan terhadap lingkungan sekitar(window radiation), serta memiliki karakter atau ciri khas yang mengekpos bangunan sebagaibangunan tropis, dengan penggunaan material ataupun warna-warna yang berbeda.

Tulisan : Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch - UMB