katalog elektronik rumah tangga  fashion  handphone and tablet  jam tangan dan perhiasan  kamera  kesehatan dan kecantikan  komputer dan laptop  mainan dan bayi  olahraga dan outdoor  otomotif dan hobi  elektronik peralatan rumah tangga  tas dan koper
Showing posts with label Islami. Show all posts
Showing posts with label Islami. Show all posts

Friday, January 2, 2015

Hikmah dan Fadilah Maulid Nabi Muhammad SAW

Makna Maulid Nabi yang dalam dunia kita terus diperingati setiap tanggal kelahiran beliau (setiap tanggal 12 Rabiul Awwal) bukan lagi sebuah kesemarakan seremonial belaka, tapi sebuah momen spiritual untuk mentahbiskan beliau sebagai figur tunggal yang mengisi pikiran, hati dan pandangan hidup kita.


Dalam maulid kita tidak sedang membikin sebuah upacara, tapi perenungan dan pengisian batin agar tokoh sejarah tidak menjadi fiktif dalam diri kita, tapi betul-betul secara kongkrit tertanam, mengakar, menggerakkan detak-detak jantung dan aliran darah ini.

Arti Maulid Nabi Kata Maulidd berasal dari bahasa Arab yang beratrti lahir, peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw merupakan suatu tradisi yang berkembang setelah Nabi SAW wafat, dengan di peringatinya Maulid Nabi Saw ini yang merupakan suatu wujud ungkapan rasa syukur dan kegembiraan serta penghormatan kepada sang utusan Allah karena berkat jasa beliau ajaran agama islam sampai kepada kita
 
Selain sebagai ekspresi rasa syukur atas kelahiran Rasulullah SAW., substansi dari peringatan Maulid Nabi adalah mengukuhkan komitmen loyalistas pada beliau. Setidaknya, ini terwujud dengan beberapa hikmah,

Hikmah Perayaan Maulid Nabi
1. Peringatan Maulid Nabi SAW mendorong orang untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).

2. Peringatan Maulid Nabi SAW adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiraan itu (Ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab, paman Nabi, menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang Cahaya Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka cita. Dan karena kegembiraannya, kelak di alam baqa’ siksa atas dirinya diringankan setiap hari Senin tiba).
Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafir pun Allah merahmati karena kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi, apalagi anugerah Allah bagi umatnya yang beriman dan bertakwa.

3. Meneguhkan kembali kecintaan kepada Rasulullah SAW. Bagi seorang mukmin, kecintaan terhadap Rasulullah SAW. adalah sebuah keniscayaan, sebagai konsekuensi dari keimanan. Kecintaan pada utusan Allah ini harus berada di atas segalanya, melebihi kecintaan pada anak dan isteri, kecintaan terhadap harta, kedudukannya, bahkan kecintaannya terhadap dirinya sendiri. Rasulullah bersabda,
Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orangtua dan anaknya. (HR. Bukhari).

4. Meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah SAW. dalam setiap gerak kehidupan kita. Allah SWT. bersabda :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)
Kita tanamkan keteladanan Rasul ini dalam keseharian kita, mulai hal terkecil, hingga paling besar, mulai kehidupan duniawi, hingga urusan akhirat. Tanamkan pula keteladanan terhadap Rasul ini pada putra-putri kita, melalui kisah-kisah sebelum tidur misalnya. Sehingga mereka tidak menjadi pemuja dan pengidola figur publik berakhlak rusak yang mereka tonton melalui acara televisi.

5. Melestarikan ajaran dan misi perjuangan Rasulullah, dan juga para Nabi. Sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir, Rasul meninggalkan pesan pada umat yang amat dicintainya ini. Beliau bersabda :
“Aku tinggalkan pada kalian dua hal, kalian tidak akan tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya sallallahu alaihi wa sallam” (HR. Malik)
Fadilah Perayaan Maulid Nabi
Menurut fatwa seorang Ulama besar : Asy-Syekh Al Hafidz As-Suyuthi menerangkan bahwa mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw, dengan cara mengumpulkan banyak orang, dan dibacakan ayat-ayat al-Quran dan diterangkan (diuraikan) sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi sejak kelahiran hingga wafatnya, dan diadakan pula sedekah berupa makanan dan hidangan lainnya adalah merupakan perbuatan Bid’ah hasanah (bid’ah yang baik), dan akan mendapatkan pahala bagi orang yang mengadakannya dan yang menghadirinya, sebab terdapat rincian beberapa ibadah yang dituntut oleh stara’ serta sebagai wujud kegembiraan, kecintaan atau mahabbah kapada Rosullullah saw.

Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw :
مَنْ أَحَبَّنِى كَانَ مَعِيْ فِي الْجَنـَّةِ
“Barang siapa yang senang, gembira, dan cinta kepada saya maka akan berkumpul bersama dengan saya masuk surga”.

Dalam sebuah hadits dikatakan :
مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِىْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَـوْمَ الْقِيَا مَةِ. وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِى فَكَأَ نَّمَا اَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذَ هَبٍ فِى سَبِيْلِ اللهِ
“Barang siapa yang memulyakan / memperingati hari kelahiranku maka aku akan memberinya syafa’at pada hari kiamat. Dan barang siapa memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiranku, maka akan diberi pahala seperti memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah.

Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq berkata :
مَنْ أَنْفَقَ دِرْ هَماً فِى مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِيْ فِى الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiran Nabi Saw : akan menjadi temanku masuk surga”.

Sahabat Umar Bin Khoththob berkata :
مَنْ عَظَّمَ مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ أَحْيَا اْلإِسْلاَمَ
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran Nabi Saw, berarti telah menghidupkan Islam”.

Sahabat Ali Bin Abi Tholib berkata :
مَنْ عَظَّمَ مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْياَ اِلاَّ بِاْلإِ يْمَانِ
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran Nabi Saw, apabila pergi meninggalkan dunia pergi dengan membawa iman”.

Melihat besarnya pahala tersebut maka banyaklah kaum muslimn muslimat yang selalu melahirkan rasa cintanya kepada Nabi dan mengagungkan hari kelahiran Nabi dengan cara-cara yang terpuji seperti pada tiap-tiap malam Senin atau malam Jum’at mengadakan jama’ah membaca kitab Al- Barzanji, sholawat maulud, dan ada pula yang menyediakan tabungan yang berwujud uang hasil tanaman atau sebagian gajinya untuk kepentingan memperingati kelahiran Nabi Saw.
(Yazid Bustomi - Red Buletin Tauiyah Pondok Pesantren Sidogiri / http://lifestyle.kompasiana.com)

Friday, July 25, 2014

Renungan Akhir Ramadhan dan Idul Fitri..

Ramadhan Hampir Berlalu
Ramadhan hampir meninggalkan kita dan tiada tersisadaripadanya melainkan sedikit saja Berbahagialah orang-orang yang telah berbuatkebaikan dan menutupnya dengan sempurna. Adapun orang-orang yang telahmenyia-nyiakannya maka berusahalah untuk menutupnya dengan kebaikan pula,karena yang dinilai dari amal adalah penutupnya.

 

Hatiorang-orang yang bertakwa selalu merasakan kerinduan kepada bulan Ramadhan inidan merasakan kepedihan yang sangat apabila harus berpisah darinya. Bagaimanamungkin seorang mukmin tidak menangis ketika berpisah dengannya, padahal diatidak mengetahui apakah bisa bertemu lagi dengannya atau tidak?, apakah masihada umur untuk kembali bertemu dengannya?.

Salafush Shaleh Pada AkhirRamadhan
Allah–subahanahu wa ta'ala memuji orang-orang yang melakukan ketaatan kepadaNyadalam firmanNya: "Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hatikarena takut akan (azab) Tuhan mereka, Dan orang-orang yang beriman denganayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhanmereka (sesuatu apapun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah merekaberikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya merekaakan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapatkebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya." (QS. Al-Mukminuun: 57-61).

Ibunda'Aisyah –radhiallahu anha berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah –sallallahu'alaihi wa 'ala alihi wasallam tentang ayat ini, aku berkata: Apakah merekaadalah orang-orang yang meminum khamr, berzina dan mencuri? Beliau–sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam menjawab: "Tidak, wahai puteriAsh-Shiddiq! Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat danbersedekah dan mereka takut amal mereka tidak diterima (Allah –subahanahu wata'ala). Mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk mendapatkebaikan-kebaikan." (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).

Para salafush shaleh bersungguh-sungguh dalam memperbaikidan menyempurnakan amal mereka kemudian setelah itu mereka memperhatikandikabulkannya amal tersebut oleh Allah –subahanahu wa ta'ala dan takut daripadaditolaknya.

SahabatAli –radhiallahu 'anhu berkata: "Mereka lebih memperhatikan dikabulkannya amaldaripada amal itu sendiri. Tidakkah kamu mendengar Allah –subahanahu wa ta'alaberfirman: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (mengabulkan)dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Maa'idah:27).

Dari Fadhalah bin 'Ubaid –rahimahullah berkata: Sekiranya akumengetahui bahwa amalku ada yang dikabulkan sekecil biji sawi, hal itu lebihaku sukai daripada dunia seisinya, karena Allah –subahanahu wa ta'alaberfirman: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (mengabulkan)dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Maa'idah:27).

BerkataMalik bin Dinar –rahimahullah: Takut akan tidak dikabulkannya amal adalah lebihberat dari amal itu sendiri.

Berkata Abdul Aziz bin Abi Rawwaad –rahimahullah: Aku menjumpaimereka (salafush shaleh) bersungguh-sungguh dalam beramal, apabila telahmengerjakannya mereka ditimpa kegelisahan apakah amal mereka dikabulkan ataukahtidak?

Berkata sebagian salaf –rahimahumullah: Mereka (para salafush shaleh)berdoa kepada Allah–subahanahu wa ta'ala selama enam bulan agardipertemukan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada Allah –subahanahu wata'ala selama enam bulan agar amal mereka dikabulkan.

Umarbin Abdul Aziz –rahimahullah keluar pada hari raya Iedul Fitri dan berkatadalam khutbahnya: Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah berpuasa karena Allah–subahanahu wa ta'ala selama tiga puluh hari, dan kamu shalat (tarawih) selamatiga puluh hari pula, dan hari ini kamu keluar untuk meminta kepada Allah–subahanahu wa ta'ala agar dikabulkan amalmu.

Sebagiansalaf tampak bersedih ketika hari raya Iedul Fitri, lalu dikatakan kepadanya:Ini adalah hari kesenangan dan kegembiraan. Dia menjawab: Kamu benar, akantetapi aku adalah seorang hamba yang diperintah oleh Tuhanku untuk beramalkarenaNya, dan aku tidak tahu apakah Dia mengabulkan amalku atau tidak?.

Bagaimana Agar Amal Dikabulkan?
Allah –subahanahu wa ta'ala tidakakan menerima suatu amalan kecuali ada padanya dua syarat, yaitu: Ikhlas karenaAllah –subahanahu wa ta'ala semata dan mutaba'atus sunnah atau mengikuti sunnahRasulullah –sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam.

Allah –subahanahu wa ta'alaberfirman : "(Allah) Yang menjadikan matidan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baikamalnya." (QS. Al-Mulk:2)

Al-Fudhail bin 'Iyad –rahimahullahmengatakan bahwa yang dimaksud ayat tersebut dengan yang lebih baik amalnyaadalah yang ikhlas karena Allah –subahanahu wa ta'ala semata dan mengikutisunnah Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam.

Ikhlas Dalam Beramal
Ikhlas adalah mendekatkan diri kepadaAllah –subahanahu wa ta'ala dengan melakukan ketaatan dan membersihkan niat danhati dari segala yang mengotorinya. Ikhlas adalah beramal karena Allah–subahanahu wa ta'ala semata dan membersihkan hati dan niat dari yang selainAllah –subahanahu wa ta'ala.

Ikhlas adalah amalan yang beratkarena hawa nafsu tidak mendapatkan bagian sedikitpun, namun kita harus selalumelatih diri kita sehingga menjadi mudah dan terbiasa untuk ikhlas.

Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa'ala alihi wasallam bersabda: "Allah tidak akan menerima amalan kecuali yangikhlas dan hanya mengharapkan wajahNya." (HR. An-Nasa'i dengan sanad hasan).

Seorang hamba tidak akan bisaselamat dari godaan syaitan kecuali orang-orang yang ikhlas saja, sebagaimafirman Allah –subahanahu wa ta'ala yang mengkisahkan tentang iblis: "Iblismenjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akanmenyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antaramereka." (QS. Shaad:82-83).

Orang yang ikhlas adalah orang yangberamal karena Allah –subahanahu wa ta'ala semata dan mengharapkan kebahagiaanabadi di kampung akhirat, hatinya bersih dari niat-niat lain yang mengotorinya.

Berkata Ya'kub -rahimahullah: "Orangyang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya sebagaimana iamenyembunyikan keburukannya."

Orang yang tidak ikhlas adalah orangyang melakukan amalan akhirat untuk mencari dunia seperti, ingin mendapatkanharta, kedudukan, jabatan, pangkat, kehormatan, pujian, riya' dll.

Orang yang tidak ikhlas adalah orangyang rugi karena hari kiamat kelak mereka tidak mendapatkan apa-apa dari amalanmereka selama di dunia, bahkan Allah –subahanahu wa ta'ala murka kepada merekadan memberikan hukuman yang setimpal, "Dan(jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat danmereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalumemperolok-olokkannya."(QS. Az-Zumar: 48) . "Dan kami hadapi segalaamal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yangberterbangan." (QS. Al-Furqaan:23)

Beramal Sesuai Sunnah / Mutaba'atus Sunnah
Mutaba'ah adalah melakukan amalanyang sesuai sunnah Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam karenasetiap amalan ibadah yang tidak dicontohkan Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa'ala alihi wasallam pasti ditolak dan tidak diterima oleh Allah –subahanahu wata'ala. Jadi semua ibadah yang kita kerjakan harus ada contoh, ajaran danperintah dari Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam dan kitadilarang melakukan suatu amal ibadah yang tidak ada contoh, ajaran dan perintahdari Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam.

Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa'ala alihi wasallam bersabda: "Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidakada ajarannya dari kami maka amalnya tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim).

Beliau–sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam bersabda pula: "Barangsiapamengadakan perkara baru dalam agama kami yang tidak ada ajarannya maka diatertolak." (HR. Bukhari dan Muslim).

Berkata Ibnu Rajab –rahimahullah:"Hadis ini adalah salah satu prinsip agung (ushul) dari prinsip-prinsip Islamdan merupakan parameter amal perbuatan yang lahir (terlihat), sebagaimana hadis"Innamal a'maalu binniyyaat..." (Hadis tentang niat), adalah merupakan parameteramal perbuatan yang batin (tidak terlihat). Sebagaimana seluruh amal perbuatanyang tidak dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah –subahanahu wa ta'ala makapelakunya tidak mendapatkan pahala, maka demikian pula halnya segala amalperbuatan yang tidak atas dasar perintah Allah –subahanahu wa ta'ala dan RasulNya–sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam juga tertolak dari pelakunya. Siapasaja yang menciptakan hal-hal baru dalam agama yang tidak diizinkan oleh Allah–subahanahu wa ta'ala dan RasulNya –sallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam,maka bukanlah termasuk perkara agama sedikitpun."

Beliau berkatapula: "Makna hadis (diatas adalah): bahwa barangsiapa amal perbuatannya keluardari syari'at dan tidak terikat dengannya, maka tertolak."

Berkata IbnuDaqiq Al-'Ied –rahimahullah: "Hadis ini adalah salah satu kaidah agung darikaidah-kaidah agama dan ia merupakan jawami'ul kalim (kata-kata yang singkatnamun padat) yang diberikan kepada Al-Musthafa –sallallahu 'alaihi wa 'alaalihi wasallam, karena sesungguhnya ia (hadis ini) dengan jelas merupakanpenolakan semua bid'ah dan segala yang dibuat-buat (dalam perkara agama)."

Allah –subahanahu wa ta'alaberfirman: "Katakanlah –wahaiRasulullah-: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, pastiAllah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu." (QS. Ali 'Imran: 31).

Allah –subahanahu wa ta'alaberfirman: "Apa yang diberikan Rasulkepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu makatinggalkanlah." (QS.Al-Hasyr: 7).

Rasulullah –sallallahu 'alaihi wa'ala alihi wasallam bersabda: "Hati-hatilah kalian dari perkara-perkara barudalam agama, karena semua perkara baru (bid'ah) dalan agama adalah tersesat."(HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dll). [Abdullah Shaleh Hadrami/ASH]

source: https://www.facebook.com/notes/hati-bening/renungan-akhir-ramadhan-dan-iedul-fitri-salafush-shaleh-pada-akhir-ramadhanbagai/462505525773

Friday, July 18, 2014

Puasa Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Iman

Secara sederhana, iman menurut ulama Ahlu Sunnah yaitu mengikrarkan dengan lisan, membenarkan dengan hati mengerjakan dengan anggota badan. Keimananlah yang menjadi motivator manusia untuk melakukan perbuatan.
Keimanan dan amal adalah akidah dan syariat. Keduanya sambung menyambung dan saling berkesinambungan. Tanpa keimanan tidak  mungkin ada amal dan begitu juga sebaliknya. Tanpa keimanan tidak mungkin kita menjalankan ibadah puasa dan bergembira ketika menyambut bulan Ramadan. Maka, beruntunglah orang-orang yang beriman. Orang-orang yang senantiasa menjalan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.
Melalui momentum ibadah puasa yang kita jalankan selama bulan Ramadan ada baiknya kita mengkaji kembali dan mengingat bagaimana kondisi kesehatan hati dan keimanan kita. Ada sedikit perbedaan antara iman dan hati. Iman seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Islam itu memiliki karakter fluktuatif (naik-turun), berkurang dan bertambah.
“Iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang, maka perbaharuilah imanmu dengan Laa Ilaaha Illallah,” (H.R. Ibnu Islam). Sedangkan hati sebagai wadahnya memiliki karakater terbolak-balik dan tidak tetap. Dalam hal ini Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Ya Allah, Wahai Zat Yang Maha Membolak-balikkan, tetapkanlah hatiku di dalam dien-Mu dan didalam ketaatan pada-Mu,”.
Dalam pemaknaan yang lain, Rasulullah SAW ketika ditanyai malaikat Jibril terkait tentang iman, dia mengungkapkan, “Hendaklah engkau beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan-Nya, kepada hari kiamat dan hendaklah engkau beriman kepada Qadar yang baik dan buruk,” (H.R. Muslim).
Beruntunglah orang yang Beriman
Dalam menyelingi ibadah puasa di bulan Ramadan ini, tentunya kita sangat gencar menjalankan aktifitas ibadah seperti salat wajib berjamaah di masjid, salat tarawih, tadarus, bersedekah, zakat dan aktifitas ibadah lainnya. Tanpa keimanan tidak mungkin ibadah itu kita lakukan. Beruntunglah orang-orang yang demikian dan sebaliknya merugilah orang-orang yang tidak memanfaatkan bonus-bonus yang telah Allah SWT hamparkan selama bulan Ramadan ini.
Setidaknya ada dua keberuntungan yang Allah SWT janjikan kepada orang-orang yang beriman. Pertama, Allah SWT memberikan garansi (jaminan) surga kepada orang yang beriman seperti yang dikatakan-Nya dalam QS; 2: 25, “Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan bahwasanya mereka itu akan memperoleh surga yang dibawahnya mengalir beberapa sungai,”.
Kedua, Allah SWT akan melimpahkan ketenangan hati kepada. Ini juga bisa dikatakan sebagai sebuah ciri. Orang yang beriman tidak pernah merasa gelisah dalam menghadapi ujian, cobaan dan tantangan dalam hidup ini. Semangatnya justru menggebu-gebu ketika dihadapkan dengan ujian dan cobaan tersebut. Dalam hal ini, Allah SWT juga telah berfirman,    “Sesungguhnya orang-orang yang beriman  dan beramal shalih maka Tuhan yang Maha Pengasih akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang,” (QS. 19: 96).
Menjaga Stabilitas Iman
Seperti yang sudah disebutkan di atas tadi, iman itu dapat berkurang dan bertambah. Persoalannya, bagaimana kita menjaga stabilitas iman? Pertanyaan ini harus segera dijawab sebelum bulan Ramadan berakhir karena menurut saya, puasa pada bulan Ramadan ini adalah momentum yang pas untuk meningkatkan kualitas iman. Kalau pada bulan-bulan sebelumnya mungkin aktivitas ibadah yang kita lakukan relatif sedikit, tetapi dengan datangnya bulan Ramadan secara kuantitas aktivitas ibadah yang kita jalankan menjadi banyak dan alangkah lebih baik lagi ibadah yang dilakukan itu memiliki nilai kualitas dengan meningkatkan ilmu dan pemahaman terhadap ibadah yang dilakukan.
Apalagi pasca Ramadan, mungkin tidak satu orang pun di dunia ini yang ingin menjadi lilin. Sengaja saya umpamakan lilin karena semangat ibadah puasa kita justru cenderung terang-benderang di saat lilin pertama kali dihidupkan. Akan tetapi, ketika Ramadan usai seolah-olah ibadah kita redup seperti lilin yang awalnya terang namun padam dimakan oleh waktu.
Hanya sebagian umat Islam saja yang mampu bertahan dan menjaga stabilitas keimanannya pada sebelas bulan ke depan. Padahal, kalau dimaknai lebih jauh datangnya bulan Ramadan adalah upaya untuk memperbaiki diri dan iman sebelas bulan ke depan. Tentunya kita tidak ingin ibadah kita sia-sia begitu saja.
Namun, sebelum menjawab bagaimana kita menjaga stabilitas iman, penulis mengajak pembaca sekalian untuk merenungi penyebab berkurangnya keimanan. Menurut Dr. Faishal Al-Hulaibi (2007; 21-42) ada sembilan hal yang menyebabkan melemahnya iman antara lain tiada penjagaan terhadap iman, jahil terhadap jannah dan janji-janji Allah, merasa jauh dari azab dunia dan meremehkan azab akhirat, panjang angan-angan, memaksakan diri dalam beribadah, membuat hal-hal baru dalam agama, tidak memahami marifatullah dengan benar, meremehkan dosa-dosa kecil dan lalai mengintropeksi diri.
Dengan demikian, dapatlah kita simpulkan bahwa upaya menjaga stabilitas keimanan adalah suatu yang harus kita lakukan dengan berhati-hati menjalankan ibadah serta ikhlas dalam menjalankannya. Selain itu, untuk menjaga stabilitas keimanan kita, kita harus senantiasa meningkatkan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT atas perintah-perintah-Nya dan menjalankan ibadah dengan penuh loyalitas dan konsisten menjalankanya dengan ilmu dan pemahaman yang kaffah (menyeluruh). Semoga Ramadan dan ibadah puasa kita saat ini mampu meningkatkan kualitas keberimanan kita semua. Amin.

Source: http://putrabintan.wordpress.com/2009/09/10/puasa-upaya-meningkatkan-kualitas-iman

Wednesday, June 4, 2014

Banyak Puasa di Bulan Sya'ban

Sya'ban. Dia juga bermakna bercabang (asy-Sya’bu) atau berpencar (At-Tafriq), karena banyaknya kebaikan pada bulan itu. Kebiasaan pada zaman dahulu, ketika bulan Sya’ban mereka berpencar mencari sumber-sumber air.

Definisi Sya’ban
Imam Ibnu Manzhur Rahimahullah menjelaskan dalam Lisanul ‘Arab:
إِنما سُمِّيَ شَعبانُ شَعبانَ لأَنه شَعَبَ أَي ظَهَرَ بين شَهْرَيْ رمضانَ ورَجَبٍ والجمع شَعْباناتٌ وشَعابِينُ
Dinamakan Sya’ban, karena saat itu dia menampakkan (menonjol) di antara dua bulan, Ramadhan dan Rajab. Jamaknya adalah Sya’banat dan Sya’abin. (Lisanul ‘Arab, 1/501)
Dia juga bermakna bercabang (asy-Sya’bu) atau berpencar (At-Tafriq), karena banyaknya kebaikan pada bulan itu. Kebiasaan pada zaman dahulu, ketika bulan Sya’ban mereka berpencar mencari sumber-sumber air.

bulan-sabit

Dianjurkan Banyak Berpuasa
Bulan Sya’ban adalah bulan mulia yang disunnahkan bagi kaum muslimin untuk banyak berpuasa. Hal ini ditegaskan dalam hadits shahih berikut:
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, katanya:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
“Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sehingga kami mengatakan dia tidak pernah berbuka, dan dia berbuka sampai kami mengatakan dia tidak pernah puasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya selama satu bulan kecuali Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat dia berpuasa melebihi banyaknya puasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1868)
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha juga, katanya:
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam belum pernah berpuasa dalam satu bulan melebihi puasa pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1869)
Inilah bukan yang paling banyak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sunah. Tetapi, beliau tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan.

Apa sebab dianjurkan puasa Sya’ban?
Pada bulan Sya’ban amal manusia di angkat kepada Allah Taala. Maka, alangkah baik jika ketika amal kita diangkat, saat itu kita sedang berpuasa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
شعبان بين رجب ورمضان يغفل الناس عنه ترفع فيه أعمال العباد فأحب أن لا يرفع عملي إلا وأنا صائم
“Bulan Sya’ban, ada di antara bulan Rajab dan Ramadhan, banyak manusia yang melalaikannya. Saat itu amal manusia diangkat, maka aku suka jika amalku diangkat ketika aku sedang puasa.” (HR. An-Nasai, 1/322 dalam kitab Al-Amali. Status hadits: Hasan (baik). Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah No. 1898. Lihat juga Tamamul Minnah Hal. 412. Dar Ar Rayyah).

Sumber: dakwatuna.com

Monday, May 26, 2014

Hikmah Isra' Mi'raj #5

5. Dalam Isra’ Mi’raj diturunkannya perintah shalat wajib 5 kali dalam sehari.

Ketika Rasulullah sampai di Sidratul Muntaha dan menghadap kepada Allah, lalu Allah menurunkan syariat shalat 5 waktu kepada Rasulullah SAW dan kepada para umatnya. Dan perintah shalat yang Rasulullah terima menjadi perintah yang Rasulullah pegang erat dan Rasulullah teguhkan kepada umatnya agar jangan sampai umatnya melalaikannya, karena ibadah shalat menjadi kunci utama diterimanya amalan-amalan umatnya yang lainnya hingga sampai Rasulullah mewasiatkannya pada detik-detik meninggalnya Rasulullah saw.


Sumber: http://www.dakwatuna.com

Hikmah Isra' Mi'raj #4

4. Peristiwa Isra’ Mi’raj membuktikan bahwa risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah bersifat universal.

Perjalanan Isra’ dari Masjidil Haram yang ada di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di Syam melintasi ribuan kilometer yang jauh dari Mekah tempat Rasulullah dilahirkan, hal ini Allah ingin membuktikan bahwa ajaran yang Rasulullah bawa bukan hanya untuk penduduk Mekah saja tetapi untuk seluruh wilayah yang ada di bumi ini. Setibanya Rasulullah SAW di Masjidil Aqsha, beliau memimpin shalat para Nabi dan Rasul-Rasul Allah.


Hal tersebut menandakan bahwa baginda Rasulullah SAW merupakan pemimpin dan penghulu para Nabi dan Rasul yang telah Allah turunkan sebelumnya. Dan agama Islam beserta syariatnya yang Rasulullah bawa menjadi ajaran dan syariat yang berlaku untuk seluruh kaum dan umat manusia di seluruh dunia.

Sumber: http://www.dakwatuna.com

Hikmah Isra' Mi'raj #3

3. Isra’ bukanlah peristiwa yang sederhana. Tetapi peristiwa yang menampakkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah yang paling besar.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat Al-Isra’: 1 dan An-Najm: 13-18 bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan pembuktian dan menampakkan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang paling besar. Peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada yang tidak bisa Allah lakukan, dan hal tersebut terkadang masih saja di antara kita yang meragukan tentang kekuasaan Allah yang sangatlah besar, sehingga membuat kita menjadi ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya.


Sumber: http://www.dakwatuna.com

Hikmah Isra' Mi'raj #2

2. Isra’ Mi’raj adalah jamuan kemuliaan dari Allah, penghibur hati, dan pengganti dari apa yang dialami Rasulullah SAW ketika berada di Thaif yang mendapatkan penghinaan, penolakan dan pengusiran.

Sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi, Rasulullah SAW terus mengalami ujian yang sangat berat. Mulai dari embargo ekonomi hingga dikucilkan dari kehidupan sosial yang dilakukan oleh Kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib, kemudian cobaan yang sangat berat diterima oleh Rasulullah SAW adalah meninggalnya orang-orang yang terkasihinya dalam waktu yang berdekatan yaitu meninggalnya pamannya Abu Thalib bin Abdul Muthalib serta istrinya tercinta Khadijah yang selalu menemaninya dan mendukungnya dengan jiwa, raga dan hartanya dalam perjalanan dakwah Rasulullah. Lalu hingga pengusiran, penolakan dan penghinaan kepada apa yang Rasulullah dakwahkan kepada penduduk kota Thaif.


Sumber: http://www.dakwatuna.com

Hikmah Isra' Mi'raj #1

1. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan yang nyata, bukan perjalanan ruhani/mimpi atau khayalan.

Sungguh tak bisa dibayangkan apabila perjalanan Isra’ Mi’raj yang Rasulullah jalankan merupakan hanya perjalanan ruhani alias hanya mimpi, karena jika hal itu yang terjadi maka perjalanan Isra’ Mi’raj tidak ada bedanya dengan wahyu-wahyu yang Rasulullah terima baik melalui bisikan Jibril maupun dari mimpi. Sehingga peristiwa Isra’ Mi’raj tidak bisa dijadikan pembuktian keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sepulangnya Rasulullah dari perjalanan Isra’ dan Mi’raj-nya, beliau mengumumkan tentang apa yang telah dialaminya semalam kepada kaumnya. Dan sebagaimana yang diceritakan oleh Rasulullah bahwa perjalanan Isra’ Mi’raj tersebut sebuah perjalanan yang dilakukannya dengan jiwa dan ruhnya, maka seketika itu banyak dari kaum Quraisy yang menentang dan mencemoohnya dengan sebutan ‘gila’. 


Kaumnya beranggapan mana mungkin perjalanan dari Masjidil Haram yang di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di negeri Syam (Palestina) hanya dengan waktu semalaman, padahal mereka jika hendak ke negeri Syam untuk berdagang membutuhkan waktu hingga 1 bulan lamanya. Tak pelak peristiwa Isra’ Mi’raj yang menurut mereka tidak masuk akal membuat beberapa orang yang baru masuk Islam tergoyahkan keimanannya dan kembali menjadi murtad.

Sumber: http://www.dakwatuna.com

Monday, July 15, 2013

Tunaikan Zakat Anda

Kaum Muslimin, kita senantiasa berpegang teguh pada segala aturan Alloh SWT yang diimplementasikan pada 5 rukun Islam. Di antara rukun Islam adalah kewajiban membayar zakat bagi yang mampu (dalam harta). Seyogyaknya kita selalu mensucikan harta yang kita dapatkan guna menunaikan kewajiban seorang muslim, berbagi pada saudara kita yang kurang mampu, dan meningkatkan perekonomian masyarakat secara luas.


Adapun harta yang wajib dikeluarkan zakatnya menurut syariat ditetapkan sebagai berikut:

Emas
Kewajiban bagi : pemilik
Nishab : 85 gr
Waktu Zakat : setiap tahun
Kadar : 2,5 %

Perak
Kewajiban bagi : pemilik
Nishab : 595 gr
Waktu Zakat : setiap tahun
Kadar : 2,5 %

Uang
Kewajiban bagi : pemilik
Nishab : senilai 85 gr emas
Waktu Zakat : setiap tahun
Kadar : 2,5 %

Perdagangan
Kewajiban bagi : pengelola
Nishab : senilai 85 gr emas
Waktu Zakat : setiap tahun
Kadar : 2,5 %

Harta yang Dikelola 
Kewajiban bagi : pengelola
Nishab : senilai 85 gr emas
Waktu Zakat : setiap tahun
Kadar : 2,5 %

Pertanian
Kewajiban bagi : pemilik biji
Nishab : 653 kg gabah
Waktu Zakat : setiap panen
Kadar : 5 % dan 10%

Profesi
Kewajiban bagi : pemilik gaji
Nishab : 653 kg gabah
Waktu Zakat : setiap bulan
Kadar : 2,5 %

Rikas (Barang Temuan)
Kewajiban bagi : penemu
Nishab : -
Waktu Zakat : saat menemukan
Kadar : 20 % 

Hadiah 
Kewajiban bagi : penerima
Nishab : -
Waktu Zakat : saat menerima
Kadar : 20 % 

Pertambangan
Kewajiban bagi : pengelola
Nishab : senilai 85 gr emas
Waktu Zakat : saat penambangan
Kadar : 2,5 % 

Zakat Fitrah
Kewajiban bagi : kepala keluarga
Nishab : ada makanan lebih untuk persediaan Idul Fitri
Waktu Zakat : sebelum sholat Ied
Kadar : 2,5 kg beras/orang