Detik-detik menjelang berakhirnya tahun 2014 segera berlalu. Hingar-bingar tahun 2015 yang akan menggantikannya mulai terlihat di sudut-sudut kota dan pusat keramaian. Kerlap-kerlip warna-warni lampu kian menghidupkan suasana. Suguhan musik pop dan rock, dan aktifitas penuh hura-hura membuat orang-orang melupakan segalanya. Bunyi petasan, suara terompet, dan percikan kembang api yang berkilauan membuat orang-orang makin larut dalam keramaian malam yang penuh kemegahan warna-warni kehidupan.
Siapa pun pasti mengakui dan berkata bahwa tanggal 1 Januari adalah hari istimewa yang memiliki sejuta makna; merupakan momen yang indah dan menggembirakan. Meniup terompet, menyalakan kembang api, membunyikan petasan, makan bersama, adalah sejumlah aktivitas rutin untuk melengkapi rasa syukur dan suka cita. Dunia bisnis pun seperti toko, supermarket dan mall berama-ramai menawarkan discount dan berbagai gebyar dunia yang menggiurkan.
Hingar-bingar tahun baru sangat khas. Hampir semua orang tidak melewatkannya. Tiap orang memaknainya dengan cara yang berbeda. Ada yang memaknainya sebagai kesempatan untuk membangkitkan semangat baru, harapan baru, impian baru, atau sesuatu yang lainnya yang serba baru; yang lainnya memaknai sebagai ungkapan rasa syukur karena bisa tiba di tahun baru, dan yang lainnya memaknai biasa-biasa saja.
Kemeriahan tahun baru bukanlah hal baru, namun daya magnetiknya begitu kuat menarik orang dari berbagai lapisan untuk merayakannya. Awalnya perayaan tahun baru dilaksanakan oleh bangsa Babilonia pada pertengahan bulan Maret.
Bangsa Romawi kuno memulai tahun baru pada tanggal 1 Maret. Namun, pada tahun 46 SM, kaisar Romawi kuno, Yulius Caesar mengubahnya menjadi 1 Januari. Tahun 1582, Paus Gregorius XIII juga mengubahnya menjadi 1 Januari, yang saat ini menjadi acuan seluruh masyarakat dunia.
Januari sebagai bulan perayaan diambil dari Janus, yaitu dewa bangsa Romawi kuno yang memiliki dua wajah. Wajahnya yang satu menghadap ke masa depan, dan yang satunya lagi menghadap ke masa lalu. Janus merupakan dewa penjaga gerbang Olympus, sehingga diartikan sebagai gerbang menuju tahun baru. Pada tahun 457 masehi, Gereja melarang umat Kristen merayakannya. Namun dalam perkembangannya, pada tahun 567 berdasarkan keputusan konsili Tours, Gereja mengijinkan umat untuk merayakannya, namun dalam bentuk puasa khusus dan ekaristi.
Bangsa Romawi saat merayakan tahun baru saling memberi hadiah dari potongan dahan pohon suci, lalu diubah dengan saling memberi kacang, dan terakhir diganti dengan saling memberi koin berlapis emas yang bergambar dewa Janus.
Walaupun tanggal perayaan tahun baru telah diubah, dan ritus yang bersifat takhyul pada kepercayaan kuno telah ditinggalkan, namun suasana hingar-bingarnya tidak berubah. Tiap negara memiliki kreasi dan cara yang berbeda untuk merayakannya. Di sejumlah negara, perayaannya masih terkait dengan ritual kepercayaan. Di Brazil misalnya, pada tanggal 1 Januari tengah malam, orang-orang berpakaian putih bersih berbondong-bondong ke pantai. Mereka menabur bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir sebagai tanda penghormatan terhadap Lemanja, sang dewa laut.Di Berlin-Jerman lain lagi. Pada saat perayaan tahun baru 1 Januari, orang-orang di Berlin menyajikan ikan mas. Uniknya, duri ikan mas dibagikan ke para tamu untuk dibawa pulang sebagai good luck charm. Menurut kepercayaan jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan tahun baru, mereka tidak akan mengalami kekurangan pangan selama setahun penuh.Di Yunani lebih unik lagi. Pada tanggal 1 Januari, mereka menebarkan biji delima di depan pintu rumah, toko dan perkantoran. Tujuannya agar hidup mereka sepanjang tahun baru makmur. Biji delima dipilih sebagai lambang kesuburan dan kesuksesan.
Di Naples, salah satu kota di Italia, tepat pukul 24.00 tanggal 1 Januari, terdapat suatu kebiasaan melemparkan barang-barang yang sudah usang atau tidak terpakai lagi ke luar jendela. Bagi orang yang belum tahu, jangan terkejut dan heran jika besok paginya saat berjalan-jalan di Naples, orang-orang akan menemukan banyak peralatan dapur, lemari es dan barang-barang rongsokan tersebar di jalanan.
Di Spanyol tepat tengah malam pada tanggal 31 Desember menjelang tahun baru, orang-orang berkumpul, lalu makan anggur dan berdoa. Setiap orang makan buah anggur 12 buah. Angka 12 melambangkan banyaknya harapan selama 12 bulan di tahun yang baru.
Di Jepang beda lagi. Pada setiap perayaan tahun baru, mereka menyantap tiga jenis makanan awetan, yaitu telur ikan sebagai simbol kemakmuran; ikan sardin fufu (asap) yang dalam bahasa Jepang disebut tatsukuri sebagai simbol kesuburan tanah; dan manisan dari tumbuhan laut sebagai simbol perayaan.
Perayaan tahun baru di Korea lebih unik lagi. Pada saat malam pergantian tahun, mereka menyantap kaldu daging sapi, potongan telur dadar dan kerupuk nasi yang dalam bahasa Korea disebut thuck gook. Mereka yang menyantapnya percaya bahwa usia mereka tidak akan bertambah tua di sepanjang tahun baru.
Di Amerika Serikat lebih meriah lagi. Lebih dari 100 tahun yang lalu, acara pergantian tahun selalu ditandai dengan tradisi penurunan bola raksasa yang diberi hiasan lampu di Time Square. Umumnya, perayaan dilakukan pada malam sebelum tahun baru. Pada tanggal 31 Desember, orang-orang menuju ke lokasi pesta, dan yang lainnya menonton program TV di Time Square di jantung kota New York. Tepat tengah malam, lonceng dan sirene dibunyikan diikuti pesta kembang api. Orang-orang saling bersalaman sambil mengucapkan, “Selamat Tahun Baru.”
Di Indonesia lain lagi. Setiap momen pergantian tahun memiliki banyak cara dan ragam. Antara lain menginap di hotel bersama keluarga, berlibur ke suatu kota atau ke tempat wisata, mengunjungi famili di kampung halaman atau tanah kelahiran; tapi umumnya pada saat perayaan tahun baru di Indonesia tak pernah sepi dari dentuman petasan, pesta kembang api, dan bunyi terompet.
Semangat perayaan tahun di balik kemeriahannya yang membius terdapat rasa syukur kepada Sang Pencipta dan merupakan momen untuk mengumpulkan keluarga besar, mempererat tali persaudaraan; juga merupakan momen tambahan bagi para penjual terompet, bunga hias, kembang api, dan petasan; menambah pendapatan bagi para pelaku industri kreatif, tempat rekreasi, hotel, penginapan, restoran dan rumah makan; dan meningkatkan penghasilan karyawan dalam bentuk bonus.
Perayaan tahun baru adalah peristiwa besar. Sejumlah kenangan manis tercipta. Saling peluk, saling cium, jabat tangan, saling memberi salam, dan mengucapkan ‘Selamat tahun baru’ merupakan ekspresi kegembiraan di antara orang-orang yang merayakannya. Namun di balik kemeriahan perayaannya, sering terjadi penyimpangan. Seks bebas, pesta minuman keras, narkoba justru sering terjadi di malam tahun baru terutama di kalangan remaja. Kemacetan, kecelakaan, kebisingan, polusi udara dan volume sampah meningkat, adalah sejumlah dampak negatifnya.
Pemaknaan tahun baru sebagai ucapan syukur, waktunya tidak harus menunggu tahun baru, tapi tiap saat. Wujud ungkapan syukur juga tidak harus dengan sikap hidup yang memberi kesan seakan menyerah pada hedonisme dan tingkah laku liar yang melewati batas etika dan moral.
Selamat datang tahun baru 2015. Semoga perayaan tahun 2015 yang penuh pertukaran hadiah dan kata-kata kasih sayang tidak hanya sekedar melepas tahun 2014, tetapi merupakan tahun yang membuat kita tetap mengingat kasih Tuhan, yang telah memberi berkat berlimpah dan kesempatan kepada kita untuk hidup lebih baik.
Soleman Montori (http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/12/29/tahun-baru-luapan-kegembiraan-dan-rasa-syukur-713439.html)