Hello Sobat Rihants !
SALAH satu bahan material yang terkenal dari Pulau Dewata adalah batu bata dan genteng tanah liat. Material ini sangat bagus, ukurannya besar, bentuknya rapi, licin, dan kuat. Bila digunakan siap untuk menjadi bata ekspose, karena tepinya rapi dan permukaannya licin. Pada saat disusun menjadi permukaan dinding yang kuat dan indah.
Kesempatan kami kali ini dapat melihat proses pembuatan bata dan genteng tanah liat. Pabrik bata pres banyak terdapat di daerah Tabanan yang ditempuh kurang lebih setengah jam dari Denpasar, tetapi mata ini dimanjakan oleh outlet seni khas Bali. Selain berbagai toko seni Bali, perjalanan ke Desa Nyitdah-Tabanan Bali, kami disuguhkan hamparan sawah berterasering subur menghijau yang cantik.
Lokasi ini dekat Tanah Lot Bali, sehingga akses ini cukup ramai dilalui baik kendaraan kecil maupun kendaraan besar. Banyak kendaraan menuruni dan menanjak di jalan yang cukup sempit dan berkelok harus berbagi dengan pengendara lain.
Sesuai dengan namanya, cara pembuatan menggunakan mesin pres, yang dibuat satu per satu. Bahan baku genteng diambil dari tanah liat di daerah Pejaten Tabanan Bali. Para pengrajin genteng dan bata, mendapatkan tanah liat sudah dalam bentuk siap pakai. Pada dasarnya proses pembuatan genteng dan bata hampir sama, yaitu dicetak, dikeringkan, kemudian dibakar. Yang membedakan adalah waktu pengeringannya.
Tanah liat didapat oleh pengrajin dari pemasok tanah liat dari daerah Pejaten. Bongkahan kecil tanah liat berbentuk kotak yang tersusun rapi, sehingga pengrajin tidak sulit untuk langsung mengolahnya. Bongkahan kecil diletakkan pada dudukan cetakan dan dipres menggunakan mesin pres yang digerakkan secara manual. Hasil cetakan dikeluarkan dari tempatnya dengan cara menggulingkannya pada tatakan kayu. Sebelum dikeringkan secara alami, hasil cetakan dirapikan di setiap sisinya. Perapihan ini tentunya menghasilkan material sisa yang dikumpulkan di bawah dan nantinya dijadikan bongkahan bahan baku kembali.
Pengeringan bata tahap pertama diletakkan pada dudukan papan satu per satu dan disusun pada rak yang sudah disediakan. Bata dan genteng akan memasuki pengeringan tahap kedua bila bata tersebut sudah cukup kuat untuk ditumpuk.
Bata pres dikeringkan di dalam ruang lebih dahulu, baru kemudian dijemur di luar bangunan dengan tidak langsung dikeringkan di bawah sinar matahari. Bata disusun per baris dan ditumpuk diatas dudukan keras sampai setinggi satu meter. Sedangkan cara pengeringan genteng dengan cara ditumpuk di atas hamparan jerami dan dikeringkan langsung dibawah sinar matahari. Cara penjemurannya, setiap tumpuk terdiri dari sepuluh genteng dan diberi jarak kurang lebih 80 sentimeter. Maksudnya supaya pengeringan dapat maksimal dan mendapatkan hasil yang bagus. Berbeda dengan genteng, bata yang sedang dijemur tidak perlu diangkut masuk kedalam pabrik, tapi cukup ditutup oleh plastik.
Genteng yang lebih tipis dibandingkan bata pres (20X10X6) memakan waktu pengeringan lebih sebentar-sesuai cuaca. Pengeringan yang tidak sempurna mempengaruhi kekuatan dari bata pres tersebut. Ukuran ketebalan yang cukup besar, memerlukan waktu pengeringan lebih lama agar dapat kering sampai dalam bata. Kurang keringnya bata pada tahap ini, maka bata akan mudah pecah.
Selanjutnya genteng dan bata dapat dibakar pada tungku besar selama satu hari satu malam. Yang unik, pembakaran menggunakan bahan bakar kayu dan sabut kelapa (sambuk). Menurut pengakuan pengrajin, kayu bakar sulit didapatkan, berbeda dengan sambuk yang cukup mudah didapatkan. Pembakaran genteng berkapasitas 8.000 buah sedangkan bata dihasilkan 400 buah per harinya.
http://property.okezone.com
Kesempatan kami kali ini dapat melihat proses pembuatan bata dan genteng tanah liat. Pabrik bata pres banyak terdapat di daerah Tabanan yang ditempuh kurang lebih setengah jam dari Denpasar, tetapi mata ini dimanjakan oleh outlet seni khas Bali. Selain berbagai toko seni Bali, perjalanan ke Desa Nyitdah-Tabanan Bali, kami disuguhkan hamparan sawah berterasering subur menghijau yang cantik.
Penjemuran genteng tanah liat (Foto: Rita Laksmitasari)
Sesuai dengan namanya, cara pembuatan menggunakan mesin pres, yang dibuat satu per satu. Bahan baku genteng diambil dari tanah liat di daerah Pejaten Tabanan Bali. Para pengrajin genteng dan bata, mendapatkan tanah liat sudah dalam bentuk siap pakai. Pada dasarnya proses pembuatan genteng dan bata hampir sama, yaitu dicetak, dikeringkan, kemudian dibakar. Yang membedakan adalah waktu pengeringannya.
Tanah liat didapat oleh pengrajin dari pemasok tanah liat dari daerah Pejaten. Bongkahan kecil tanah liat berbentuk kotak yang tersusun rapi, sehingga pengrajin tidak sulit untuk langsung mengolahnya. Bongkahan kecil diletakkan pada dudukan cetakan dan dipres menggunakan mesin pres yang digerakkan secara manual. Hasil cetakan dikeluarkan dari tempatnya dengan cara menggulingkannya pada tatakan kayu. Sebelum dikeringkan secara alami, hasil cetakan dirapikan di setiap sisinya. Perapihan ini tentunya menghasilkan material sisa yang dikumpulkan di bawah dan nantinya dijadikan bongkahan bahan baku kembali.
Pengeringan bata tahap pertama diletakkan pada dudukan papan satu per satu dan disusun pada rak yang sudah disediakan. Bata dan genteng akan memasuki pengeringan tahap kedua bila bata tersebut sudah cukup kuat untuk ditumpuk.
Bata pres dikeringkan di dalam ruang lebih dahulu, baru kemudian dijemur di luar bangunan dengan tidak langsung dikeringkan di bawah sinar matahari. Bata disusun per baris dan ditumpuk diatas dudukan keras sampai setinggi satu meter. Sedangkan cara pengeringan genteng dengan cara ditumpuk di atas hamparan jerami dan dikeringkan langsung dibawah sinar matahari. Cara penjemurannya, setiap tumpuk terdiri dari sepuluh genteng dan diberi jarak kurang lebih 80 sentimeter. Maksudnya supaya pengeringan dapat maksimal dan mendapatkan hasil yang bagus. Berbeda dengan genteng, bata yang sedang dijemur tidak perlu diangkut masuk kedalam pabrik, tapi cukup ditutup oleh plastik.
Genteng yang lebih tipis dibandingkan bata pres (20X10X6) memakan waktu pengeringan lebih sebentar-sesuai cuaca. Pengeringan yang tidak sempurna mempengaruhi kekuatan dari bata pres tersebut. Ukuran ketebalan yang cukup besar, memerlukan waktu pengeringan lebih lama agar dapat kering sampai dalam bata. Kurang keringnya bata pada tahap ini, maka bata akan mudah pecah.
Selanjutnya genteng dan bata dapat dibakar pada tungku besar selama satu hari satu malam. Yang unik, pembakaran menggunakan bahan bakar kayu dan sabut kelapa (sambuk). Menurut pengakuan pengrajin, kayu bakar sulit didapatkan, berbeda dengan sambuk yang cukup mudah didapatkan. Pembakaran genteng berkapasitas 8.000 buah sedangkan bata dihasilkan 400 buah per harinya.
http://property.okezone.com
Terima Kasih telah membaca ..
Kami berharap anda tetap di sini dengan ragam artikel menarik lainnya dan meninggalkan komentar ..
0 comments:
Post a Comment